Romantisme Permainan Tradisional Anak-anak yang Sarat Filosofi
Ilustrasi (Unsplash/Robert Collins)

Bagikan:

JAKARTA - Permainan tradisional anak-anak bukan hanya mengasyikkan, namun juga sarat filosofi. Khususnya untuk generasi 90-an, permainan tersebut selalu membangkitkan romantisme masa lalu. 

Lalu apa saja permainan tersebut? Melansir berbagai sumber, berikut permainan tradisional anak-anak sarat filosofi. 

Congklak

Permainan ini biasanya dimainkan oleh dua orang. Mereka menggunakan papan berlubang di sisi kanan, kiri dan ujung. Dua lubang di ujung adalah lumbung untuk menampung biji yang dikumpulkan. Mereka yang berhasil mengumpulkan biji paling banyak di lumbung adalah pemenangnya. 

Filosofi yang terkandung dalam congklak adalah mengajarkan bahwa harta yang dimiliki jangan langsung dihabiskan. Lumbung-lumbung yang berada di ujung papan congklak mengajarkan bahwa kita juga tak boleh lupa menabung. 

Bukan cuma itu, dalam bermain congklak, kita juga tak boleh luput mengisi lubang-lubang yang berada di sisi lawan. Hal itu bermakna bahwa selain menabung, kita juga jangan sampai lupa berbagi. 

Namun, pemain tetap tak diperkenankan mengisi lumbung lawannya. Dari situ kita diajarkan bahwa alangkah lebih baik seseorang membantu orang dalam proses bekerjanya saja, bukan semata-mata memberikan harta secara langsung. 

Engklek

Permainan satu ini lebih membutuhkan gerak fisik daripada congklak. Untuk memainkannya, perlu tempat luas. Biasanya kita memainkannya di jalan atau di lapangan. Nantinya anak-anak membuat kotak-kotak untuk dilewati dengan cara melompat-lompat.

Ketika seorang permain berhasil menyelesaikan satu putaran, dia berhak melempar batu ke kotak lain yang nantinya dijadikan sebagai "rumah" dan tidak boleh dilompati pemain lain. Filosofi dari permainan engklek ini mengajarkan soal kerja keras ketika kita hendak mencapai kotak paling atas. Selain itu anak-anak juga diajarkan agar tidak mengganggu hasil kerja orang lain. 

Galasin

Galasin atau gobak sodor adalah permainan yang melibatkan dua tim. Dalam permainan ini, satu tim bertugas mencegah tim lainnya yang mau melewati mereka. Filosofi permainan ini adalah bahwa kerja sama tim akan membantu menghasilkan tujuan dari kelompok tersebut. Selain itu, galasin juga memiliki filosofi bahwa jika ada pintu yang tertutup, pasti pintu lain terbuka. 

Lompat tali

Lompat tali biasa dimainkan dari sambungan karet gelang yang nantinya akan dijadikan tali. Cara mainnya, mereka harus melompati tali yang dibentangkan oleh dua orang. 

Semakin cepat berhasil melompati tali semakin tinggi pula tali yang dibentangkan. Setiap permainan akan memiliki levelnya masing-masing dari paling pendek hingga yang paling tinggi. 

Level dari setiap tingginya rintangan dianggap sebagai ukuran ujian hidup. Meskipun tinggi tali sudah yang paling tinggi, bahkan lebih tinggi dari pemainnya, tali karet tersebut harus tetap dilompati. Mungkin beberapa kali pemain akan gagal melompatinya, namun seiring diasahnya kemampuan, tali yang tinggi itu bukan tak mungkin untuk dilewati.

Petak umpet

Dari namanya saja sudah bisa ditebak, bahwa petak umpet mengharuskan para pemainnya bersembunyi dari seseorang. Orang yang sedang mendapat giliran untuk "jaga" akan mencari orang-orang yang bersembunyi. Dan ketika menemukan orang yang bersembunyi, yang "jaga" harus berteriak hong. Hal tersebut terus dilakukan hingga semua orang yang bersembunyi ditemukan. 

Filosofi dari permainan ini adalah tentang kehidupan dan kematian. Orang-orang bersembunyi yang ditemukan, ibaratnya adalah manusia yang telah dijemput Tuhan. Permaian ini menjadi pengingat bahwa kehidupan di dunia hanya sementara.