JAKARTA - Jumlah kasus COVID-19 di Indonesia masih terus bertambah tiap harinya. Begitupun dengan angka kematiannya. Pertanyaannya, seberapa parah kasus COVID-19 di Indonesia dibandingkan dengan lima negara ASEAN?
Guru Besar Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia Hasbullah Thabrany membedah data untuk mengungkap seberapa parah kasus COVID-19 di Indonesia. Secara umum, apabila melihat data kurva kasus COVID-19 per harinya, Hasbullah menyebut kurva tersebut landai.
Hal itu terjadi kemungkinan disebabkan karena dua faktor. Karena fasilitas kesehatan kita tidak bagus, orangnya yang bandel.
Untuk melihat lebih jauh seberapa buruk pandemi COVID-19 di Indonesia, ada beberapa data yang bisa dibedah. Di antaranya melihat angka seberapa banyak orang yang sudah dites, angka kasus positif per hari, angka tingkat kematian, dan angka rasio kematian.
Pertama, Hasbullah melihat perbandingan persentase tes PCR di Indonesia dengan beberapa negara ASEAN. Di Indonesia, terlihat tes PCR-nya masih sedikit dibanding negara ASEAN lainnya, yakni 39.422 berdasarkan data 20 April.
Apabila dibanding negara tetangga seperti Malaysia, misalnya, jumlahnya masih kalah banyak sebesar 100.794. Sementara itu, di Thailand juga hampir sama dengan Malaysia sebanyak 100.498, dan paling banyak di Vietnam sebanyak 206.253.
Oleh karena itu, sedikitnya jumlah kasus di Indonesia patut dipertanyakan. "Jumlah kasus Indonesia sedikit karena orangnya imun atau memang tidak terdeteksi?" kata Hasbullah.
Membandingkan per 1 juta penduduk
Karena jumlah penduduk negara ASEAN berbeda-beda, maka Hasbullah bilang, untuk membandingkan kasus di Indonesia dengan negara-negara lain yang paling bagus adalah dengan data kasus per satu juta penduduk.
Apabila melihat data angka insiden atau kasus per 20 April, antara nol sampai 1.200 kasus per satu juta penduduk, di Indonesia memang terlihat paling sedikit di antara Filipina, Malaysia, Thailand, dan Vietnam. Kelima negara itu semuanya berada pada angka dibawah 200. Sementara, yang paling tinggi adalah Singapura yang menyentuh angka seribu.
"Indonesia sebetulnya kecil sekali. Jumlah kasus di Indonesia dan Singapura emang enggak begitu berbeda jauh. Tapi karena penduduk Singapura sedikit, maka rate angka kasus per satu juta penduduk di Singapura lebih tinggi. Artinya, risiko terkena COVID-19 di Singapura sesungguhnya jauh lebih besar daripada di Indonesia."
Kemudian, kita lihat dari angka kematian per satu juta penduduk. Dari data per 20 April 2020, terlihat angka kematian Indonesia cukup tinggi, yakni dua kematian dari satu juta penduduk. Sementara, Filipina mencapai empat kematian, Singapura (2), Malaysia (3), Thailand catatkan rasio 0,5 kematian, dan Vietnam nol kematian.
"Memang melihat data ini, data yang ada menunjukkan angka kematian Indonesia masih kecil, tapi apakah ini sudah final?" Tentu saja belum. Kita masih harus melihat perbandingan berapa yang mati dengan yang sembuh. Dengan itu kita bisa mengetahui berapa rasionya.
Jadi, menurut data sampai 19 April antara yang mati dan yang sembuh di Indonesia, ternyata memang angka kematiannya sangat tinggi dibandingkan dengan lima negara lain di ASEAN.
"Ini menunjukkan masalah 'severity' keseriusan sebuah penyakit yang menimbulkan kematian yang relatif tinggi di Indonesia," kata Hasbullah.