Bagikan:

JAKARTA - Usai 28 hari berkompetisi dengan menghabiskan lebih dari 80 jam pertandingan, Piala Eropa 2024 akhirnya mencapai final. Spanyol dan Inggris akan berhadapan di Stadion Olimpiade Berlin, Jerman pada Senin dini hari, 15 Juli WIB, demi mencapai gelar sebagai tim terbaik di Benua Biru. Siapa unggul?

Keganasan duet bintang muda Spanyol di lapangan tengah, Lamine Yamal dan Nico Williams tak boleh disangkal. Pasukan Inggris besutan Gareth Southgate sudah pasti harus bertempur ekstra keras untuk memotong pergerakan duet maut tersebut.

Bintang muda Spanyol, Lamine Yamal bakal membuat pertahanan Inggris kerepotan. (Matthias Schrader/AP/France 24))

Setelah memenangi semifinal dramatis atas Prancis dengan skor 2-1, Spanyol menjadi tim pertama sepanjang sejarah Piala Eropa yang selalu menang tanpa seri, apalagi kalah. Hanya Jerman yang mampu menahan La Furia Roja lebih dari 90 menit, meskipun akhirnya kalah juga.

Selain Jerman, semua lawan dilibas Spanyol tanpa perlu tambahan waktu. Seperti adagium klasik Negeri Raja Juan Carlos: un viejo espantando una mosca de sus tapas, semudah “seorang pria renta mengusir lalat yang hinggap di cemilannya”.

Ancaman Serangan Balik

Dari 11 pemain di lapangan hanya kiper Spanyol, Unai Simon, yang tidak mencetak gol. Itu berarti ancaman ke gawang Inggris yang dijaga Jordan Pickford bakal datang dari seluruh penjuru mata angin.

Yamal dan Williams adalah sebuah keistimewaan. Mereka punya andil dari hampir 50 persen usaha Spanyol untuk mencapai final Piala Eropa 2024. Gocekan dan lari kedua pesepakbola berdarah Afrika itu sangat cepat sekaligus terarah. Serangan balik La Furia Roja adalah ancaman yang sungguh nyata berbahaya!

Lantas, bagaimana Inggris harus mempersempit dinamika ruang gerak pasukan Spanyol?

Harry Kane, kapten sekaligus striker timnas Inggris yang sangat diandalkan menjebol gawang Spanyol. (Adrian Dennis/AFP)

Satu kata singkat: susah! Inggris jelas harus mati-matian meredam pergerakan Spanyol. Formasi lima bek yang dipasang Southgate saat menghajar Belanda di semifinal, sangat mungkin bakal kembali diterapkan.

Fleksibilitas Bukayo Saka akan menjadi faktor penting untuk menjaga pertahanan, sekaligus mengalirkan serangan. Kerjasama ciamik anta Saka dan Kyle Walker terbukti ampuh menahan pergerakan Cody Gakpo dan penyerang-penyerang Belanda.

The Three Lions juga sangat beruntung punya Harry Kane, ujung tombak yang rajin menjemput bola hingga ke jantung pertahanan sendiri.

Kelemahan Pertahanan Spanyol

Spanyol memang hebat, namun bukan berarti mereka tanpa kelemahan. Pertahanan sektor kiri yang dipunggawai Marc Cucurella adalah salah satu titik lemah.

Cucurella memang tampil bagus di timnas, namun tidak di level klub. Sejak pindah dari Brighton & Hove Albion ke Chelsea dua tahun lalu, penampilannya belum istimewa. Lebih dari 40 persen serangan ke jantung Spanyol diterobos dari sisi kiri, wilayah kekuasaan Cucurella.

Hampir semua pemain Inggris sering berhadapan dengan Cucurella di Liga Primer. Sudah pasti mereka sangat paham dengan kelemahannya. Kalau punggawa-punggawa Inggris mampu memanfaatkan kelemahan tersebut, maka hasil yang didapat bakal maksimal.

Marc Cucurella, sering dipandang sebagai titik lemah lini pertahanan Spanyol. (X/@SEFutbol)

Rodri adalah kunci. Gelandang bertahan Spanyol yang merumput di Manchester City ini merupakan mitra yang tepat untuk membuka ruang serang bagi Fabian Ruiz dan Dani Olmo. Dalam 18 bulan terakhir, penampilan Rodri sangat konsisten dan mengesankan. Terlalu berisiko jika Inggris meremehkan peran Rodri.

Selama Piala Eropa 2024, Rodri membukukan 403 operan dengan tingkat kesuksesan lebih dari 90 persen. Bukan main! Southgate pasti sangat memperhitungkan peran Rodri dalam membangun serangan Spanyol.

Pengalaman Jerman

Lantas, bagaimana Inggris harus mencegat kombinasi Rodri dan Ruiz? Gelandang Jerman, Ilkay Gundogan dan Emre Can, sudah membuktikan keberhasilan mereka menekan Rodri dan Ruiz. Tekanan mereka membuat kiper Simon terpaksa melepaskan umpan-umpan jauh, ketimbang memberikan kepada Rodri untuk membangun serangan dari bawah.

Jika Jude Bellingham dan Phil Foden mampu memainkan peran yang serupa dengan Gundogan dan Can, bukan mustahil serangan Spanyol bakal terbata-bata. Situasi La Furia Roja tak bakal senyaman kucing mendengkur.

Spanyol memang difavoritkan dalam laga final Piala Eropa 2024 kontra Inggris. Inggris menembus final dalam perhelatan Piala Eropa 2020, dan kalah dari 2-3 dari Italia dalam adu penalti. Pasti The Three Lions tak ingin gagal tahun ini.

Rodri, kapten yang menjadi palang pintu sekaligus pengatur serangan timnas Spanyol. (Bein Sports)

Sementara Spanyol baru kali ini kembali berhasil menembus final, sejak menjuarai turnamen ini pada 2012. Performa Inggris sering dianggap tidak stabil, namun mereka selalu meyakinkan dalam partai-partai krusial.

Selama Piala Eropa 2024, rataan pemain Inggris bermain selama 80 menit sementara Spanyol rata-rata memainkan pemainnya 70 menit. Dengan kata lain, dalam setiap pertandingan Southgate tak terlalu bernafsu mengganti pemain dibandingkan De La Fuente.

Di level nasional, Southgate dan De La Fuente sudah menangani tim muda hingga senior. De La Fuente membawa Spanyol memenangi Piala Eropa U-19 (2016) dan U-21 (2019), dan sekarang dia punya kesempatan mencetak hattrick dengan memenangkan tim senior.

Pelatih Gareth Southgate bersama gelandang bertahan timnas Inggris, Declan Rice. (Yahoo)

Southgate menangani tim muda Inggris sejak 2013. Mantan gelandang Crystal Palace, Aston Villa, dan Middlesbrough ini menggawangi Inggris di Piala Eropa U-21 (2015) meskipun tak juara. Southgate ditarik ke timnas senior pada 2016.

Pemain-pemain yang mereka tangani sekarang adalah hasil binaan sejak dini. Dan sekarang Southgate serta De La Fuente berhak merasakan keberhasilan mereka selama bertahun-tahun membina talenta muda.