Bagikan:

JAKARTA – Ide Presidential Club yang digagas presiden terpilih Prabowo Subianto menimbulkan pro dan kontra. Hubungan Megawati Soekarnoputri, Joko Widodo, dan Susilo Bambang Yudhoyono disorot.

Pengamat politik dari Universitas Al-Azhar Indonesia Andriadi Achmad menuturkan tidak mudah untuk mempersatukan tiga tokoh bangsa tersebut mengingat mereka memiliki hubungan yang dingin.

“Menjadi persoalan adalah tidak mudah untuk mempersatukan antara Megawati, SBY, dan Jokowi dalam satu gerbong,” ucap Andriadi ketika dihubungi VOI.

Pertemuan Presiden Joko Widodo dengan para mantan Presiden Indonesia, yakni BJ Habibie, Megawati Sukarnoputri, dan Susilo Bambang Yudhoyono pada peringatan Hari Kemerdekaan RI 17 Agustus 2017. (Biro Pers Setpres).

Hubungan Megawati dan SBY tidak baik-baik sejak sejak Pemilihan Presiden (Pilpres) 2004, meski sempat diberitakan mencair ketika Puan Maharani dan Agus Harimurti Yudhoyono bertemu menjelang Pilpres 2024.

Demikian pula relasi Megawati dan Jokowi yang berseberangan, bahkan disebut sudah selesai sejak beberapa waktu lalu.

Bukan Hal Baru

Walau terdengar asing di telinga kebanyakan masyarakat Indonesia, Presidential Club sebenarnya bukan hal baru. Konsep seperti Presidential Club telah banyak diimplementasikan di sejumlah negara. Tujuannya adalah pengalaman para pemimpin sebelumnya diintegrasikan untuk mendukung pemerintahan yang ada serta memberi pengalaman berharga mengatasi isu-isu kritis.

Di Amerika Serikat memiliki The Presidents Club, yang meski bukan klub formal, namun memungkinkan para mantan presiden untuk berkonsultasi satu sama lain dan bekerja sama dalam proyek kemanusiaan serta memberi dukungan selama krisis nasional.

Nelson Mandela, mantan Presiden Afrika Selatan berinisiatif membentuk The Elders, yang terdiri dari sekelompok mantan pemimpin dunia yang berdedikasi untuk mengatasi masalah global seperti konflik, ketidakadilan, pembangunan berkelanjutan, dan pelanggaran hak asasi manusia.

Sedang di Spanyol memiliki Club de Madrid, yang beranggotan lebih dari 100 mantan pemimpin dunia. Klub ini berkomitmen memperkuat demokrasi secara global melalui dialog, mediasi, dan konsultasi kebijakan.

Wakil Presiden ke-10 dan 12 Jusuf Kalla menilai konsep Presidential Club ada sejak lama di negara lain. (Antara/HO-Dokumentasi)

Di Korea Selatan ada Presidential Archives yang fokus pada pelestarian sejarah dan pendidikan publik. Klub ini memiliki fungsi sebagai tempat penyimpanan dokumen sejarah dan forum diskusi kebijakan yang melibatkan mantan presiden.

Wakil Presiden ke-10 dan 12 Jusuf Kalla menilai Presidential Club yang ingin dibentuk Prabowo adalah ide positif. Ia juga mengaku pernah diajak untuk ikut ke dalam Club de Madrid.

"Tentu baik, positif. Di dunia itu ada. Jadi Club de Madrid itu malah perkumpulan daripada presiden dan juga diminta saya jadi anggota tuh. Saya beberapa kali menghadiri itu. Jadi memang ada klub seperti itu," ujar JK di Hotel Grand Sahid Jaya, Jakarta Pusat, Selasa (7/5/2024).

"Di Amerika ada, walaupun tidak resmi. Mantan-mantan Presiden Amerika yang masih hidup itu selalu sekali setahun bertemu untuk memberikan saran-saran. Itu baik, bukan hanya di Indonesia itu, seluruh dunia ada, namanya Club de Madrid, juga di Amerika terjadi itu, sehingga terjadi suatu saran-saran sesuai dengan waktunya memberikan saran," sambungnya.

Terbentur Hubungan Tiga Tokoh

Usulan membentuk Presidential Club disebut sebagai inisiatif yang inovatif yang bertujuan mengumpulkan para mantan Presiden Indonesia. Andriadi Achmad mengapresiasi gagasan ini karena dianggap sebagai konsep yang menarik.

Namun di satu sisi Andriadi meramalkan gagasan Presidential Club tidak akan mudah untuk diwujudkan. Hubungan dua mantan presiden, yaitu Megawati dan SBY, serta calon mantan presiden Jokowi yang menjadi penyebabnya.

Sejak Pilpres 2004, hubungan antara Megawati dan SBY memanas bahkan sampai saat ini tak pernah ada titik temu, walaupun mencair ketika Puan dan AHY bersilaturrahmi jelang Pilpres 2024 lalu. Begitu juga hubungan antara Megawati dan Jokowi saat ini tidak baik-baik saja, sejak berseberangan pada Pilpres 2024 hubungan baik antara antara Megawati dan Jokowi sudah selesai.

Presiden RI terpilih, Prabowo Subianto yang mempunyai ide pembentukan Presidential Club. (Instagram/@prabowo)

“Gagasan membentuk Presidential Club merupakan ide untuk mempersatukan semua para mantan presiden yang sudah pernah menjabat untuk membantu dan mendukung arah pembangunan Indonesia ke depan,” kata Andriadi.

“Namun, menjadi persoalan adalah tidak mudah untuk mempersatukan antara Megawati, SBY dan Jokowi dalam suatu gerbong. Oleh karena itu, agak sulit untuk mempersatukan antara Megawati, SBY dan Jokowi, hubungan memanas antara Megawati dengan Jokowi dan SBY sepertinya masih membara dan masih sulit untuk didinginkan,” ia menambahkan.

Jusuf Kalla, ketika ditanya soal kemungkinan bergabungkan Megawati dalam Presidential Club yang digagas Prabowo enggan memberi kepastian.

"Ah, tanya sama Ibu (Megawati) saja, saya tidak tahu," ungkapnya.

Ide pembentukan Presidential Club sebelumnya diutarakan juru bicara Prabowo Subianto, Dahnil Anzar Simanjuntak.

"Presidential Club itu istilah saya saja, bukan institusi. Esensinya Pak Prabowo ingin para mantan presiden bisa tetap rutin bertemu dan berdiskusi tentang masalah-masalah strategis kebangsaan. Sehingga terjaga silaturahmi kebangsaannya dan menjadi teladan bagi kita semua," ujar Dahnil kepada wartawan, Jumat (3/5).

Danhil melanjutkan, Prabowo berharap agar para pemimpin Indonesia kompak, rukun, dan guyub untuk memikirkan serta bekerja demi kepentingan rakyat banyak.