Bagikan:

JAKARTA - Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo berkicau seru di Twitter kemarin malam. Ganjar menulis, "Saya yang salah. Yang lain sudah bekerja dengan baik." Kami berbicara dengan sejumlah orang mengenai ini, yang rata-rata mengatakan memang Ganjar yang salah. Memang tak seluruhnya salah Ganjar. Tapi ada beberapa variabel penting penyebab banjir Semarang yang pertanggungjawabannya, suka tak suka ada di tangan Ganjar. Dan siapa itu @aditya180204?

Pengamat tata kota Universitas Trisakti, Nirwono Yoga menjelaskan setidaknya ada tiga hal yang jadi penyebab banjir di Semarang. Pertama, masifnya pembangunan infrastruktur. Pembangunan, kata Nirwono membuat daerah resapan air tertutup. Penyebab kedua adalah menyusutnya daya tampung dan alir saluran-saluran air. Sampah menumpuk, sedimentasi menebal. Masalah ketiga juga berkaitan dengan konteks saluran air, yaitu miniimnya penghijauan di sekitar sungai.

Dari berbagai persoalan itu Nirwono mendorong pemerintah, baik tingkat provinsi dan kota untuk segera melakukan penghijauan dan kembali menanam hutan mangrove di sekitar pantai-pantai untuk meredam abrasi pantai dan rob. Hal ini harus diikuti relokasi warga terdampak banjir. Nirwono juga merekomendasikan pembangunan waduk di dekat pantai dan dekat sungai. Waduk-waduk itu harus memainkan peran berbeda untuk menampung air di pantai dan untuk mengurangi debat air di sungai.

Langkah lain terkait tiga sumber masalah di atas, otoritas juga harus merevitalisasi saluran-saluran air. Sungai dan kanal juga harus bebas bangunan dan dikeruk secara rutin untuk menambah daya tampung dan alir. Lainnya, otoritas juga harus berkomitmen menambah ruang terbuka hijau (RTH) sebagai daerah resapan air dan "menertibkan seluruh bangunan yang berdiri di atas RTH," katanya, dihubungi VOI, Rabu, 24 Februari.

Banjir di Kota Lama, Semarang (I.C. Senjaya/Antara)

Hal-hal itu diamini oleh Wahana Lingkungan Hidup (WALHI) Jawa Tengah. Direktur WALHI Jawa Tengah Fahmi Bastian memaparkan temuan bahwa banjir Semarang sangat erat kaitannya dengan perubahan pola ruang. Di Semarang, misalnya, permasalahan bisa dirinci ke tiga bagian: atas, tengah, dan pesisir. Perubahan pola ruang paling bermasalah ada di atas, di mana titik-titik resapan air berubah fungsi jadi wilayah industri dan permukiman.

Kawasan Gunung Pati jadi salah satu wilayah di bagian atas yang paling parah mengalami perubahan pola ruang. Selain itu, "... Bukit Semarang Baru (di Mijen) itu masif sekali pembangunan industri dan permukiman, real estate-nya," kata Fahmi, dihubungi VOI, Rabu, 24 Februari.

Turun ke wilayah tengah, masalah juga terjadi. Pembangunan masif sekaligus sistem pengendalian banjir --termasuk perawatan aliran air, pembangunan sistem drainase-- yang buruk jadi sebab banjir. "Tapi untuk wilayah tengah ini air lewat saja. Makanya kemarin banjir di Simpang Lima, Gajah Mada, tiga sampai empat jam surut (air)," kata Fahmi.

"Beberapa drainase itu pembangunan dan penataannya kurang bagus. Dan juga provinsi dan wali kota pun menyadari, pompa-pompa ini tak berjalan baik di Semarang. Sistem pompanya bermasalah ... Ini bicara juga soal daerah aliran sungainya, ditambah drainase di perkotaan ini buruk. Ini yang menyebabkan banjir semarang kali ini agak parah dibanding tahun tahun kemarin," tambah Fahmi.

Wilayah pesisir amburadul. Warga pesisir paling malang. "Yang jadi korban jelas pesisir," kata Fahmi. Di pesisir, masyarakat juga berhadapan dengan masalah reklamasi yang merusak ekosistem, dan dalam konteks banjir, penurunan permukaan tanah.

Kesalahan Ganjar

Kawasan BSB di Mijen (Sumber: semarangkota.go.id)

Soal banjir, kompleks memang. Tapi pengambilan kebijakan yang tepat dan terukur dapat meminimalisir dampak banjir. Sulit menyebut Ganjar tak bersalah, meski bagaimanapun ini bukan sepenuhnya kesalahan Ganjar. Pengamat kebijakan publik Universitas Trisakti, Trubus Rahadiansyah menjelaskan akar masalah dari pengambilan kebijakan ngawur adalah semangat membangun yang tak memertimbangkan daya dukung wilayah, baik secara lingkungan ataupun sosial.

Dan Pemprov Jawa Tengah yang dipimpin Ganjar tentu pegang andil. Menurut Trubus, secara pola pengambilan kebijakan, Ganjar sebagai Gubernur Jawa Tengah harus mampu mengonsolidasikan kebijakan, yang jika bicara Semarang artinya menyinergikan kebijakan di tingkat provinsi dengan kabupaten dan kota. Ego sektoral harus musnah.

"Pemprov juga punya andil. Jadi Pemprovnya punya andil. Itu kan lemahnya kolaborasi antara pemprov dan pemkot. Semarang itu kan ada kabupaten juga. Di situ itu ada pemprovnya. Kelihatannya ego sektoral. Jadi tidak pernah memerhatikan sosio ekologi yang berkesinambungan. Itu benar-benar diabaikan. Jadi lebih banyak ke kepentingan ekonomi politik," kata Trubus kepada VOI, Rabu, 24 Februari.

Dan melihat pengakuan bersalah Ganjar, Trubus mengatakan, "Maksud saya ini adalah tanggung jawab pemprov secara keseluruhan, termasuk gubernur sebelumnya. Pak ganjar minta maaf itu menunjukkan kekeliruan itu fatal."

Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo (Sumber: Antara)

"Kalau menurut saya lebih baik pemprov itu harus mengonsolidasikan dengan pemprov dan pemkab. Dan sekitar Semarang itu kan ada juga Demak. Pembangunan pelabuhan itu juga kan reklamasi. Itu mematikan ekosistem dan membuat banjir ... Itu bisa dikatakan terlalu jauh. Tapi tidak. Itu berpengaruh. Karena ini kan satu kesatuan," Trubus.

"Kalau kita melihat Jakarta, kita juga melihat Puncak dan Cianjur. Kita harus melihat secara itu tidak hanya Semarang. Ini menyangkut bentang lahan, yang menurut saya terlalu berlebihan (pembangunan), tapi kurang pemahaman dan konsolidasi dalam pembangunan," tambahnya.

Akun @aditya180204 harusnya tahu

Selasa malam, 23 Februari, Ganjar mengunggah kicauan di Twitter. Ia menyatakan dirinya sebagai orang paling bersalah atas banjir Semarang, yang bahkan membuat kantornya sendiri kebanjiran.

Kicauan itu diunggah Ganjar untuk merespons pernyataan warganet berakun @aditya180204. Akun itu mengunggah video yang memerlihatkan Stasiun Pompa Kalibaru, Semarang. Di video itu, ia menulis: Padahal kalau mau pak @ganjarpranowo bisa menyalahkan walikota lalu salahkan air kiriman Ungaran.

Yang menarik, ketika ditelusuri VOI, akun @aditya180204 baru pada Januari lalu. Akun itu baru mengunggah tiga kicauan, di mana dua kicauan di antaranya mengkritik banjir DKI Jakarta.

Akun @aditya180204 juga terlihat baru memiliki dua pengikut dan baru mengikuti sebelas akun. 

BERNAS Lainnya