JAKARTA - Beberapa hari sebelum Indonesia mengumumkan kasus COVID-19 untuk pertama kalinya, Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto menyebut kekuatan doa lah yang membuat Indonesia jauh dari virus yang asal penyebarannya dari Kota Wuhan, China. Hal ini kerap dia sampaikan di beberapa kesempatan.
Selain Terawan, ada juga Wapres Ma'ruf Amin yang mengatakan doa para kiai dan ulama ternyata berperan untuk menangkal virus tersebut masuk ke Indonesia. Respons para pejabat publik kemudian dikomentari oleh masyarakat melalui jejaring sosial. Salah satunya lewat Twitter.
Kebanyakan dari mereka menganggap pernyataan soal doa untuk mencegah virus COVID-19 adalah omong kosong. Barangkali benar. Doa tanpa usaha adalah ironi. Namun, narasi ini kemudian meluas. Tak sedikit orang yang justru menghinakan doa.
Kira lihat apa doa kalian manjur.
— LUSI (@LusiHQ) February 27, 2020
Kenapa gak yakin bahwa Tuhan mereka akan melindungi kota2 suci dari virus corona?
Masa sih virus dan tuhan menang virusnya?
"Saudi Arabia temporarily bans religious visits to the kingdom amid coronavirus fears" https://t.co/qn3mMNb699
— LUSI (@LusiHQ) February 27, 2020
Ini pun ironi. Sebab, sejatinya, doa tak pernah bernilai nol. Kami menghubungi sejumlah pakar dan pemuka agama untuk mengungkap pentingnya doa. Bahwa apa pun agama kalian, berdoalah. Bukan berarti COVID-19 telah darurat. Tapi, bukankah lebih baik berusaha dengan tambahan doa? Lagipula, apa sulitnya berdoa?
Kata pemuka agama
Sekretaris Komisi Kerasulan Awam Konferensi Waligereja Indonesia (KWI), Paulus Christian Siswantoko angkat bicara soal ini. Menurutnya, pada dasarnya, doa berperan penting sebagai medium yang dapat mendekatkan manusia dengan Tuhannya.
Bukan hanya kepada Tuhan. Doa, menurut Siswanto juga dapat memberi kekuatan pada mereka yang terjangkit COVID-19. Selain itu, doa dapat memberi ketenangan dan menangani kepanikan. Dalam kondisi ini, hal itu tentu penting, bukan?
"Orang akan merasa lebih tenang dan tidak panik sehingga bisa berpikiran jernih dan mengambil langkah-langkah yang tepat untuk menjaga dirinya tidak terkena virus corona," katanya, dihubungi VOI lewat pesan singkat, Jumat, 6 Maret.
Dalam ajaran agama Islam, doa adalah obat berjuta manfaat. Dikutip dari Republika dalam artikel berjudul Terapi Penyakit Hati yang ditulis Ibnu Qayyim Al Jauziyyah, doa dinilai amat penting untuk menangkal bala dan cobaan serta mencegah dan menghilangkan musibah.
Tak hanya itu, dalam Kitab Al Hakim, diriwayatkan sebuah hadis dari Aisyah RA, di mana Rasulullah bersabda:
Kewaspadaanmu tidak ada gunanya dalam menghadapi takdir. Doa lah yang berguna untuk mengantisipasi musibah yang turun maupun yang belum turun. Sesungguhnya musibah ketika turun dihadapi oleh doa dan keduanya bertarung hingga hari kiamat.
Dalam kitab yang sama, diriwayatkan pula hadis dari Ibnu Umar. Rasulullah bersabda: Doa itu bermanfaat bagi musibah yang telah turun dan yang belum turun. Karena itu, wahai hamba Allah, kalian harus berdoa.
Sugesti bagi kesehatan
Dua pandangan di atas adalah sisi teologis. Bagaimana dengan sisi ilmiahnya? Psikolog klinis Naomi Soetikno menjelaskan peran penting doa. Menurut Naomi, ketika seseorang berdoa sungguh-sungguh dan penuh penghayatan, orang itu akan mendapatkan efek ketenangan.
"Doa itu kan memberikan rasa tenang. Kita bicara tentang manusia yang berdoa, berdoa yang sungguh-sungguh, ya, di mana dia benar-benar menghayati segala kata-kata yang ia doakan sehingga dari segi kognitif dia berkonsentrasi terhadap kata-kata yang ia doakan tersebut ... Pastinya ketika kita berdoa khusyuk kita berkonsentrasi dengan baik," kata Naomi kepada VOI, Jumat, 6 Maret.
Sementara, dari aspek emosi, doa yang dilakukan secara sungguh-sungguh dan berulang akan memberikan efek meditasi. Sehingga, emosi dari orang yang berdoa itu akan lebih stabil dan terkendali.
Naomi juga menjelaskan, konsentrasi dan pemahaman atas permintaan dalam doa membuat kita berserah kepada Tuhan dan percaya dia akan memberikan yang terbaik. Sehingga, apapun yang terjadi kita akan lebih berserah dan siap untuk kejadian apapun termasuk hal buruk.
"Walaupun apa yang terburuk dihadapi, dia percaya bahwa memiliki tanggung jawab untuk menghadapinya karena tubuhnya ini pemberian Tuhan, sehingga berdoa sungguh hati dan dalam pikirannya adalah memang untuk kebaikan dirinya sendiri," tutur Naomi.