Bagikan:

JAKARTA - Kabar duka cita datang dari industri musik pada Sabtu, 29 Januari. Produser dan penyanyi Sophie Xeon atau dikenal dengan nama SOPHIE meninggal dunia di usia 34 tahun.

Keesokan harinya, keluarga memberi pernyataan resmi, SOPHIE meninggal karena terpeleset setelah memanjat karena ingin melihat bulan purnama pada Sabtu pukul empat pagi.

“Sophie kami yang cantik meninggal dunia pada pagi ini karena kejadian mengerikan. Sesuai dengan spiritualitasnya, dia memanjat untuk menyaksikan bulan purnama dan terpeleset dan jatuh.”

Berbagai musisi mengirimkan tribute kepada Sophie melalui media sosial. Penyanyi Sam Smith menuliskan, “Berita yang menyayat hati. Dunia kehilangan seorang malaikat. Visioner dan ikon generasi kami.”

Selain itu ada Rina Sawayama yang menyebut SOPHIE sebagai “orang paling manis”

Sementara itu, label rekaman yang menaungi SOPHIE meminta rasa hormat dan privasi untuk keluarga yang ditinggalkan serta mengharapkan penggemar untuk memperlakukan berita ini dengan rasa sensitif.

Mengerjakan Sejumlah Musik

SOPHIE adalah seorang musisi yang inovatif di genre pop progressive. Dia mewarisi ketertarikan di musik elektro dari ayahnya di masa muda. Nothing More to Say adalah single debutnya di tahun 2013.

Di tengah industri musik komersial, sosoknya memang tidak begitu bergema, namun SOPHIE adalah sosok di balik munculnya berbagai musisi populer, sebut saja Charli XCX. Madonna, Cashmere Cat, dan lainnya. SOPHIE menjadi salah satu nama yang paling disimak di genre progresif dan dance.

Setelah merilis musik secara solo, Sophie berkolaborasi dengan Charli XCX pada Maret 2015. Selain kolaborasi, penyanyi kelahiran 17 September ini mengerjakan beberapa lagu untuk album terbarunya saat itu. Namanya pun sering disandingkan dengan Charli XCX karena SOPHIE mengerjakan hampir seluruh musik dalam diskografi Charli XCX. Kemudian, ia menjadi produser untuk album 9 dari Cashmere Cat.

Salah satu karyanya yang paling dikenal adalah ketika SOPHIE bekerja sama dengan Madonna untuk lagu B****, I’m Madonna. Lagu ini mengawinkan sisi akustik, trap, EDM, dan electropop.

Meski sudah mengerjakan banyak proyek, tetapi SOPHIE baru percaya diri merilis album solonya pada tahun 2018; Oil of Every Pearl’s Un-Insides. Album ini mendapat respons yang bagus dan melambungkan karyanya dalam nominasi Best Dance/Electronic Album di ajang Grammy Awards ke 61.

It's Okay to Cry, lagu dari album ini menjadi video musik pertama yang menampilkan SOPHIE di hadapan publik. Di industri K-pop, SOPHIE menjadi produser untuk salah satu lagu ITZY berjudul 24HRS dari album IT’z ME. Penggemar yang mengetahui kabar ini mengirimkan ucapan terima kasih karena membuat lagu yang unik untuk idola mereka.

Musisi Transgender Pertama

SOPHIE menyatakan dirinya seorang transgender pada tahun 2017 setelah merilis lagu It’s Okay to Cry. Selama berkarier di industri musik, identitas dan kehidupan pribadinya tidak pernah terekspos.

Selain itu namanya menjadi musisi transgender pertama yang mendapat nominasi di kategori ini. Ia juga menjadi satu dari tiga musisi wanita yang terbuka sebagai transgender dan dinominasikan untuk Grammy.

Menjadi seorang transgender disebut sebagai wujud reklamasi identitasnya. “Tidak ada ekspektasi berdasarkan tubuh atau bagaimana Anda harus melakukan apa di dalam hidup Anda. Keluarga tradisional dan struktur atas kontrol menghilang,” katanya dalam sebuah wawancara dengan Paper.

Identitas SOPHIE pun tidak mengubah cara bermusiknya. Dia dikenang oleh para penggemar dan rekan musisi sebagai artis paling berpengaruh di dekade ini.

“SOPHIE adalah pelopor musik baru, salah satu artis yang paling berpengaruh dalam dekade terakhir. Tidak hanya produksi dan kreativitas yang cerdik tetapi juga pesan dan visibilitas yang telah dicapai. Sebuah ikon pembebasan,” kata pihak label menutup pernyataan resminya.