JAKARTA – Baju bercorak garis hitam putih vertikal secara resmi menjadi official apparel tim Ganjar Pranowo dalam kampanye kontestasi Capres 2024. Corak tersebut dikatakan berasal dari usulan Presiden Jokowi.
Ketika mencalonkan diri sebagai Gubernur DKI Jakarta dan Presiden RI periode pertama, Jokowi memakai baju bercorak kotak-kotak hitam merah. Sedangkan saat berkontestasi untuk Presiden RI masa jabatan kedua, Jokowi mengusung warna putih dan hitam. Warna putih dengan bawahan hitam tetap dipakai Jokowi dan jajaran menteri Kabinet Indonesia Maju dalam setiap acara resmi saat ini.
Baju kampanye ini langsung mendapat respon publik. Menurut pantauan Netray Media Monitoring dalam sepekan, 20-26 Juli 2023, lewat kata kunci ganjar, garis hitam putih, dan kemeja hitam putih mengundang berbagai respon.
Selama sepekan ditemukan setidaknya 14.198 cuitan Twitter yang mengandung kata kunci tersebut telah diunggah. Tak hanya cuitan, topik garis hitam putih juga ramai diperbincangkan warganet lewat reply, retweet, dan favorites yang mencapai 3 juta interaksi. Perbincangan ini menjangkau 74,9 juta akun Twitter berbahasa Indonesia.
Memang tidak semua unggahan di medsos berupa reaksi positif. Tak sedikit pula unggahan yang memunculkan tanggapan negatif soal corak garis hitam putih. Lebih jauh lagi, topik ini juga melebar menjadi sejumlah topik turunan. Itu merupakan reaksi dari aksi sejumlah orang yang menggunakan garis hitam putih sebagai buah karya.
Musisi yang pernah menjadi anggota legislatif, Anang Hermansyah misalnya. Setelah pindah parpol dari Partai Amanat Nasional (PAN) ke PDI Perjuangan pada tahun ini, Anang membuat lagu kampanye Ganjar Pranowo berjudul “Hitam Putih Garis Garis”.
Pemberitaan Media Daring
Selain pantauan terhadap medsos Twitter, Netray Media Monitoring juga memantau pemberitaan di media daring. Dari pemantauan selama sepekan, 20-26 Juli, terdapat 290 artikel pemberitaan yang menggunakan kata kunci Ganjar dan hitam putih. Pemberitaan sejumlah itu dikeluarkan oleh 60 portal media daring di Indonesia.
Sebagian besar berita dengan kata kunci Ganjar dan hitam putih ada dalam ranah politik, dengan jumlah 255 artikel. Topik efek elektoral, dukungan dari politisi, hingga potensi melanggar aturan Pemilu menjadi beberapa contoh berita bermuatan politik yang membahas topik baju garis hitam putih Ganjar Pranowo.
Sisanya adalah berita hiburan dan olahraga, yang tentu saja masih berkaitan dengan safari Ganjar sebagai Capres 2024 dari PDIP. Hiburan tentu berhubungan dengan lagi ciptaan Anang, dan kemunculan penyanyi Once Mekel di kancah politik dengan menjadi caleg PDIP. Sedangkan olahraga memberitakan pertandingan sepak bola legenda Persib Bandung dengan tim-tim kecamatan, berkaitan dengan safari Ganjar di Jawa Barat.
Pemberitaan soal baju garis hitam putih dan Ganjar Pranowo sempat melonjak di awal, dan akhirnya meredup pada 26 Juli. Dari jumlah 255 pemberitaan tersebut, 179 bersentimen positif dan sisanya negatif. Media mencoba menangkap makna di balik pemilihan motif baju dan alasan Ganjar kembali menggunakan branding kampanye yang pernah digunakan Presiden Jokowi.
Efektivitas Busana dalam Kampanye Politik
Saat mendengar kata “fesyen” publik kebanyakan mengasosiasikannya dengan peragaan busana, tren berbusana, atau industri. Namun sebenarnya busana berkaitan dengan banyak sisi kehidupan manusia, termasuk politik. Berbagai jenis dan corak pakaian dapat menjadi alat komunikasi politik yang ampuh.
Contoh paling dekat tentu corak kotak-kotak hitam putih yang digunakan Jokowi dalam Pilkada DKI Jakarta dan Pemilu 2014. Juga warna putih yang dipakai Presiden ke-7 Indonesia tersebut saat kampanye Pilpres 2019, bahkan sampai saat ini masih dipakai sebagai “pakaian dinas” tidak resmi.
Dalam artikel berjudul Transformation of Dress and National Subject Formation of the Indonesian Commoners in the Colonial Period yang ditulis Luthfi Adam untuk Arryman Fellowship pada 19 Juni 2021, disebutkan bahwa pembedaan busana untuk tujuan politik sudah dilakukan sejak masa penjajahan Belanda. Penjajah Belanda melarang kaum bumiputra memakai busana bercorak kebarat-baratan, dan harus memakai busana tradisional.
Pada era modern, pengelompokkan ideologi politik dapat ditunjukkan lewat cara berbusana. Kaum konservatif biasanya akan berpakaian dengan gaya konsvensional, sementara aliran progresif akan menunjukkan diri dengan cara berbusana yang lebih radikal.
Wakil Presiden Amerika Serikat pertama yang berkulit hitam dan keturunan Asia, Kamala Harris, juga memakai busana sebagai alat komunikasi politik. Selama kampanye sebagai Cawapres Joe Biden sampai kemenangan pasangan itu, Harris selalu memakai sepatu kets dan celana putih. Itu adalah lambang fleksibilitas dan kelahiran kembali pasangan dari Partai Demokrat itu di perpolitikan Negeri Paman Sam.
Lantas saat pelantikan, Harris mengenakan mantel warna ungu yang melambangkan keagungan. Baik warna putih dan ungu, keduanya berkorelasi dengan dukungan terhadap hak pilih kaum perempuan di Amerika Serikat.
Warna ungu juga menjadi lambang bahwa warna merah sebagai representasi Partai Republik dan warna biru untuk Partai Demokrat sudah melebur. Dikutip dari Teen Vogue, Harris menggunakan jasa tiga perancang busana muda berkulit hitam, Christopher John Rogers, Kerby-Jean Raymond dan Sergio Hudson untuk mendesain corak busana tersebut.
BACA JUGA:
Penampilan memang kerap kali menipu dan sama sekali tidak berkorelasi dengan kualitas kandidat pemimpin, namun alam bawah sadar publik sebagai objek sangat berperan di sini. Kekuatan pakaian adalah keuntungan bagi seorang politikus.
Busana dalam mengalihkan perhatian konstituen dari pesan politik, menjadi gaya busana seorang kandidat pemimpin dan visi yang terkandung dalam busana tersebut. Busana dapat menyampaikan pesan baik maupun buruk bagi kehidupan berbangsa dan bernegara.