Banyak Musisi yang Menjual Katalog Musik Mereka, Kenapa?
Shakira (Instagram @shakira)

Bagikan:

JAKARTA - Shakira menjadi penyanyi terbaru yang menjual seluruh katalog musiknya demi jutaan dolar. 145 lagu miliknya termasuk hits seperti Hips Don’t Lie, Beautiful Liar, Loca, dan She Wolf terhitung dalam katalog tersebut.

Menjadi salah satu musisi Latin terbesar sepanjang masa, pengumuman ini mengejutkan penggemar.

Sejak merilis album pertamanya pada tahun 1991 di usia 13 tahun, Shakira telah menjual 80 juta rekaman dengan memenangkan berbagai penghargaan termasuk Grammy dan Latin Grammy.

Dibandingkan dengan musisi lain, Shakira masih terhitung aktif dalam merilis lagu. Tahun lalu, Shakira dan Jennifer Lopez tampil bersama dalam acara Super Bowl Halftime Show. Penampilan kedua bintang ini menjadi penampilan paling banyak ditonton di Super Bowl Hafltime Show.

Katalog musik milik Shakira dijual kepada Hypnosis Music Fund, sebuah perusahaan yang mengelola kekayaan intelektual yang didirikan Merck Mercuriadis dan musisi Nile Rodgers. Sebelumnya, Hipgnosis mengakuisisi katalog Neil Young dan Blondie.

Meskipun tidak mengumumkan total uang yang diberikan tetapi mereka menyatakan harganya setara dengan 15 tahun royalti. Hipgnosis juga berharap mereka mendapat keuntungan dengan mengakuisisi musik dari film atau televisi serta royalti pertunjukan.

Tahun 2020, Banyak Musisi yang Jual Katalog Musiknya

Sebelumnya, ada musisi legenda Bob Dylan yang menjual seluruh hak cipta musiknya ke Universal Music Publishing setelah keluar dari label Sony Music pada Desember 2020. Berkarier selama 60 tahun, Bob Dylan memiliki 600 lagu lagu yang terjual sebanyak 300 juta dolar Amerika Serikat.

Selama tahun 2020, beberapa musisi menjual katalog musiknya kepada Hipgnosis. Di antaranya, Tom DeLonge Blink 182, Barry Manilow, LA Reid, Neil Young, dan 42 katalog dari Kobalt Music Group.

Menurut laporan Januari 2021, Hipgnosis mengklaim memiliki 57 ribu katalog musik.

Mengapa musisi beramai-ramai menjual katalog musiknya? Keamanan finansial menjadi alasan paling jelas. Royalti yang tidak selalu menghasilkan membuat para musisi berpikir lebih baik mendapat pembayaran sekaligus di muka.

Melansir BBC, Hipgnosis menyebut diri mereka sebagai perusahaan manajemen lagu bukan sekadar penerbit tradisional yang mengeksploitasi hak. Mereka berkomitmen akan mengelola katalog musik secara cermat.

Contohnya, ketika membeli katalog Neil Young, pihak Hipgnosis memastikan lagu Heart of Gold tidak digunakan sembarangan.

Hipgnosis bukan satu-satunya pemain dalam industri ini. Ada banyak perusahaan yang menaungi bisnis seperti ini, yakni KKR (Kohlberg Kravis Roberts) dan Primary Wave. Kebanyakan perusahaan mengakuisisi katalog dari musisi-musisi zaman lampau.

Keuntungan menjual katalog lainnya adalah ketika seorang musisi meninggal, harta karun mereka yaitu katalog musik ini tidak menjadi permasalahan di antara pihak keluarga musisi.

Tidak Lepas dari Masalah

Taylor Swift menjadi salah satu musisi yang ‘mengenalkan’ masyarakat terhadap katalog musik. Pada tahun 2019, Swift menuliskan tentang perbuatan Scooter Braun dan label terdahulunya, Big Machine yang menjual seluruh master albumnya ke perusahaan investasi private tanpa persetujuannya.

Kejadian itu membuat Swift sempat terancam tidak bisa menampilkan medley lagunya dalam acara American Music Awards yang menobatkannya sebagai Artist of the Decade. Setelah memviralkan masalah tersebut, perjanjian dibuat antara Swift dan Big Machine sehingga Swift bisa tampil membawakan lagu-lagu lamanya.

Saat ini, Swift sedang merekam ulang enam album pertamanya dengan versi baru. Salah satu trek, Love Story diperdengarkan secara eksklusif melalui iklan yang dibintangi Ryan Reynolds.

Salah satu pertengkaran fenomenal yang berkaitan dengan isu ini adalah Paul McCartney dan Michael Jackson. Mereka pernah berteman setelah berkolaborasi dalam lagu The Girl is Mine dan Say Say Say.

Tetapi sebuah kejadian membuat pertemanan itu retak. Sebuah perusahaan publishing ATV menjual seluruh aset termasuk 4000 lagu di mana terdapat 251 lagu The Beatles. Pengacara John Branca menawarkan Yoko Ono dan McCartney apakah mereka tertarik untuk membeli karena Jackson juga tertarik.

Saat itu, Yoko Ono tidak mempermasalahkan jika Jackson ingin membelinya dan McCartney mengikuti lelang. Proses lelang pun dilakukan dan Jackson menjadi penawar paling besar. Setelah mengetahui hal ini, McCartney merasa dikhianati karena temannya mengambil keuntungan atas karya yang ia tulis dengan sepenuh hati.

Pada tahun 2017, McCartney menggugat Sony Corp dan hendak mengklaim 267 lagu The Beatles yang Michael Jackson beli 20 tahun sebelum ia meninggal dunia.

Pada akhirnya, musisi memiliki hak atas karyanya. Jika nantinya mereka ingin menjual katalog musik, mereka harus memahami konsekuensi dari penggunaan karya-karya tersebut.