Bagikan:

JAKARTA - Kondisi pandemi yang membatasi aktivitas di tahun ini tak menyurutkan minat investor untuk masuk ke pasar modal. Sosok Han Ji-Pyeong dalam drama Start-Up di Netflix juga turut mempengaruhi meningkatnya minat masyarakat untuk berinvestasi di pasar modal.

Direktur Utama Bursa Efek Indonesia (BEI) Inarno Djajadi menuturkan sepanjang tahun 2020, jumlah investor di pasar modal Indonesia yang terdiri atas investor saham, obligasi, maupun reksadana mengalami peningkatan pesat.

"Jadi, memang ini adalah tahunnya investor ritel di pasar modal Indonesia," katanya, saat ketika menutup perdagangan pasar modal 2020, Rabu, 30 Desember 2020.

Tercatat, jumlah investor menembus 3,87 juta Single Investor Identification (SID) per 29 Desember 2020. Angka ini meningkat 56 persen dari posisi akhir 2019.

Dari jumlah itu, investor saham tumbuh 53 persen menjadi 1,68 juta SID. Kemudian, ada 94.000 investor aktif harian atau naik 73 persen secara tahunan.

Sekadar informasi, investor aktif harian adalah investor yang setidaknya melakukan satu kali transaksi dalam sehari.

Selain itu, investor aktif ritel juga tercatat tumbuh 4 kali sepanjang 2020. Per Januari 2020 rata-rata frekuensi transaksi harian investor ritel sekitar 51.000 transaksi, sedangkan per Desember 2020 rata-ratanya menjadi sekitar 206.000 transaksi.

Seiring dengan meningkatnya partisipasi investor ritel domestik, rekor transaksi perdagangan baru berhasil dicapai pada 2020, yaitu frekuensi transaksi harian saham tertinggi pada 22 Desember 2020, yang sebanyak 1.697.537 transaksi.

Tak hanya itu, kehadiran platform teknologi finansial juga menjadi turut mendorong meningkatnya jumlah investor di pasar modal.

Dalam kesempatan yang sama, Direktur Utama Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) Uriep Budhi Prasetyo berujar peningkatan jumlah investor tersebut salah satunya didukung dengan proses digitalisasi di pasar modal Indonesia, khususnya untuk proses pembukaan rekening investasi.

Kehadiran platform teknologi finansial juga menjadi pintu gerbang meningkatnya jumlah investor di pasar modal.

Gedung Bursa Efek Indonesia. (Angga Nugraha/VOI)

"Lebih dari 50 persen ini memiliki rekening di selling agent fintech (financial technology). Jadi, individual-individual ini yang menggunakan selling agent fintech sebagai channel-nya," ucapnya.

Uriep optimistis pertumbuhan investor akan makin pesat pada masa mendatang. Bahkan, dia memproyeksi jumlah SID bisa tembus 5 juta investor pada 2021.

Pertumbuhan investor di pasar modal tersebut seakan menjadi pelipur lara setelah Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup di zona merah pada hari terakhir perdagangan bursa 2020.

Pada sesi perdagangan terakhir tahun 2020, IHSG ditutup di posisi 5.979,07 atau turun 0,95 persen dari hari sebelumnya. Kinerja IHSG pada penghujung tahun cukup mengecewakan karena gagal mempertahankan posisi di level 6.000.

Namun, kinerja indeks cukup menggembirakan setelah menyentuh level terendah sepanjang masa pada Maret 2020 di posisi 3.911,72.

Jika menghitung dari level buntu tersebut, IHSG berhasil naik 52,85 persen. Adapun, jika dibandingkan dengan akhir 2019 yang ada di posisi 6.299,54, IHSG pada akhir 2020 terkoreksi 5,09 persen.

Peran Fintech

Fintech juga mempunyai kontribusi terhadap besarnya angka investor ritel. Hal ini juga dapat dilihat dari hasil survei DSResearch bertajuk Fintech Report 2020 Maintaining Growth during Pandemic yang belum lama ini dirilis.

Riset ini digelar bersama CIMB Niaga, Ayoconnect, dan Investree itu melibatkan 1.434 responden. Ribuan responden itu terbagi dalam kelompok yang sangat paham dan mengetahui soal fintech 8,6 persen, tahu dan paham 18,5 persen, cukup tahu 20,6 persen, serta 52,3 persen belum memiliki awareness terhadap fintech.

Hasilnya, dari sekitar 700 responden yang paham terhadap fintech, 57,3 persen di antaranya memiliki awareness terhadap layanan fintech investasi. Adapun awareness terhadap fintech dompet digital adalah 82,2 persen dan paylater 72,5 persen.

Survei tersebut juga menyatakan ada empat platform yang mampu dikenal sekitar separuh responden. Agen Penjual Efek Reksa Dana (APERD) Bibit.id atau Bibit merajai tingkat total awareness dengan 65,8 persen. Disusul Bareksa 50,3 persen, E-mas 47,7 persen, dan Tanamduit 46,7 persen.

Laporan ini memperlihatkan platform-platform itu sukses membuka akses investasi yang lebih luas di masyarakat. Di luar itu, marketplace semacam Tokopedia dan Shopee atau dompet digital seperti Ovo juga memiliki fitur yang memungkinkan penggunanya berinvestasi dengan mudah.

Lewat kerja sama dengan manajer investasi, e-commerce kini memberikan kemudahan bagi para penggunanya untuk membeli reksa dana dan emas secara daring. Ada pula marketplace yang bekerja sama dengan perusahaan asuransi.

Tren ini kemungkinan tak akan berhenti pada 2020. Manajer investasi pun tidak boleh kendor dalam menyiapkan strategi menarik investor.

Gandeng Han Ji-pyeong

PT Ajaib Sekuritas yang mengakuisisi Primasia Sekuritas pada Mei 2020 itu mengumumkan langkah mereka menggandeng Kim Seon-Ho, aktor muda dari Korea Selatan (Korsel), sebagai Brand Ambassador. Hal ini bisa menjadi contoh untuk menarik lebih banyak investor pasar modal.

Pamor Kim naik di Indonesia setelah memerankan Han Ji-pyeong, seorang investor startup, dalam serial Start-Up. Co-Founder dan CEO Ajaib Group Anderson Sumali mengungkapkan kolaborasi itu akan dilaksanakan pada awal 2021.

Ajaib angkat bicara mengenai keputusan memilih Kim atau Han Ji-pyeong sebagai Brand Ambassador. Alasanya karena karakter Kim dalam Start-Up dinilai dapat menginspirasi para milenial di Indonesia untuk mulai berinvestasi.

Ilustrasi. (Foto: Unsplash)

Pasalnya, karakter Han Ji-pyeong digambarkan sebagai sosok anak muda yang sukses meskipun berasal dari panti asuhan, dan kesuksesannya diraih dengan kerja keras serta mulai berinvestasi sejak dari bangku sekolah.

Anderson mengatakan karakter Han Ji-pyeong adalah sosok yang tepat untuk merepresentasikan bahwa kesuksesan dan kemerdekaan finansial bisa diraih di usia muda dengan mulai berinvestasi, apapun latar belakang atau status sosial.

"Mimpi besar Ajaib adalah untuk membantu para milenial di Indonesia untuk merdeka finansial dengan memberikan edukasi dan akses investasi saham online melalui aplikasi Ajaib. Sehingga kesuksesan Han Ji-Pyeong ini juga sangat mungkin untuk para milenial di Indonesia," ujarnya, dalam keterangan tertulis, 30 Desember 2020.

Dalam kesempatan sebelumnya, Anderson juga menyatakan biaya transaksi pembelian dan penjualan saham yang ringan menjadi salah satu strategi Ajaib dalam menggaet investor ritel dalam negeri.

Anderson mengklaim Ajaib adalah salah satu sekuritas yang menawarkan biaya transaksi termurah di Indonesia.

Dikutip dari laman resminya, Ajaib menawarkan biaya broker untuk trading harian kurang dari Rp150 juta hanya sebesar 0,1 persen; rentang Rp150 juta hingga Rp1,5 miliar hanya sebesar 0,09 persen; dan lebih dari Rp1,5 miliar sebesar 0,08 persen masing-masing untuk transaksi pembelian dan penjualan saham. Namun, belum termasuk biaya levy 0,043 persen; PPN biaya broker 10 persen; dan PPh final untuk transaksi jual 0,1 persen.

Sejauh ini, Ajaib mencatat ada peningkatan jumlah transaksi ritel online lebih dari 50 kali lipat semenjak dimulainya pandemi COVID-19 dan mengedukasi lebih dari 1 juta investor pemula.