JAKARTA - Nominasi Grammy Awards 2021 diumumkan pada Selasa, 24 November waktu Amerika Serikat. Namun, seperti tahun-tahun sebelumnya, Grammy Awards tidak pernah lepas dari isu rasisme.
Rapper Nicki Minaj yang tidak masuk ke dalam nominasi tahun ini memilih untuk melakukan kilas balik ke tahun 2012 di mana ia tidak memenangkan penghargaan musik bergengsi ini.
“Tidak pernah lupa Grammy tidak memberi saya penghargaan Best New Artist ketika saya memiliki 7 lagu yang masuk ke tangga lagu Billboard dan total minggu pertama yang besar dibandingkan rapper perempuan lain selama dekade belakangan - untuk menginspirasi sebuah generasi. Mereka memberinya kepada pria berkulit putih Bon Iver,” tutupnya dengan menggunakan tagar #PinkFriday di hari yang sama.
Never forget the Grammys didn’t give me my best new artist award when I had 7 songs simultaneously charting on billboard & bigger first week than any female rapper in the last decade- went on to inspire a generation. They gave it to the white man Bon Iver. #PinkFriday
— Mrs. Petty (@NICKIMINAJ) November 24, 2020
Pada tahun tersebut, Minaj masuk ke dalam nominasi Best New Artist bersama The Band Perry, Bon Iver, J. Cole, dan Skrillex. Menjadi satu-satunya perempuan di nominasi tersebut, Minaj yakin akan membawa piala melalui album anyarnya, Pink Friday.
Entah karena alasan apa tudingan Minaj diembel-embeli kata 'rapper perempuan'. Pastinya, ia tidak terima dengan apa yang dialaminya saat itu meski sudah berlalu delapan tahun.
Namun setelah itu, Minaj mendapat nominasi di tahun 2014 dan 2015. Meski sampai saat ini pelantun Anaconda itu belum pernah meraih trofi Grammy Awards sekali pun.
Adapun Bon Iver, tahun ini masuk ke nominasi Grammy Awards 2021 sebagai kolaborator Taylor Swift untuk lagu Exile.
Sedikit Nominasi Grammy untuk Musisi Berkulit Hitam
Grammy Awards yang dicap rasis terus bergulir. Sejak tahun 1990 hingga 2006, hanya ada enam musisi berkulit hitam yang mendapat trofi di ajang bergengsi ini. Sementara di tahun 2018 dan 2019 ada delapan nominasi yang diisi oleh musisi berkulit hitam.
Namun, ingatan masyarakat tidak lepas ketika album Beyonce kalah dari Beck di Grammy Awards 2015. Saat sedang memberikan pidatonya, rapper Kanye West naik ke atas panggung dan mengatakan Beyonce lebih pantas mendapat penghargaan itu.
Setelah itu, lagi-lagi Beyonce harus menerima kekalahan dari Adele di tahun 2017. Begitu juga dengan Frank Ocean yang kalah bersaing dari Mumford and Sons serta Kendrick Lamar yang kalah dari Daft Punk.
Masyarakat menyebut rasisme di dunia Grammy terus berkembang setiap tahunnya. Menilik beberapa contoh di atas, sebuah pola terbentuk bahwa musisi kulit hitam selalu kalah dari musisi kulit putih dalam pagelaran ini.
Tudingan rasisme yang dilakukan Grammy Awards juga diutarakan Tyler, The Creator. Katanya, penyebutan 'Urban' dalam salah satu nominasinya seperti menyebut 'Nigga' secara halus. “Ini payah ketika saya - pria seperti saya melakukan percampuran genre, mereka selalu menaruhnya dalam kategori Urban.”
BACA JUGA:
Respons Pihak Grammy
Rasisme sistemik dalam Grammy Awards terus menjadi buah bibir di mana penggemar tidak menerima kenyataan ketika artis idola mereka tidak mengantongi nominasi. Penyanyi berkulit putih selalu dianggap ‘merebut’ apa yang seharusnya menjadi milik musisi berkulit hitam.
Tetapi di sisi lain, kualitas musik milik para musisi juga harus dipertimbangkan. Baik album self titled milik Bon Iver maupun Pink Friday milik Nicki Minaj sama-sama bagus dan layak mendapat kritik positif.
Pihak Grammy pernah angkat suara terkait tudingan yang kerap beredar di internet setiap tahunnya ini. Ketika ditanya mengenai kekalahan Beyonce di tahun 2017, Neil Portnow selaku Presiden Recording Academy menjawab:
“Tidak, saya pikir tidak ada masalah ras sama sekali,” katanya melansir Pitchfork, Kamis, 26 November.
Menurut Portnow, masyarakat perlu tahu bahwa pemilihan nominasi tidak dilakukan perusahaan sepenuhnya. Mereka memiliki 14.000 anggota Recording Academy yang merupakan orang profesional di industri musik.
“Sebagai musisi, kami tidak mendengarkan musik berdasarkan jenis kelamin, ras, atau etnis. Ketika kamu mendukung sebuah musik - setidaknya itu yang saya lakukan - seperti memakai penutup mata dan mendengarkan.”
“Saat melakukan pemungutan suara, kami meminta (anggota Recording Academy) untuk tidak memerhatikan jumlah penjualan serta seberapa besar popularitasnya. Anda harus mendengarkan musiknya. Jadi 14.000 pendukung, mereka mendengarkan, memutuskan, dan memberi dukungan.”
Proses seleksi juga dilakukan secara tertutup di mana tidak ada identitas komite yang diketahui sehingga masyarakat menyebut prosesnya tidak transparan. Ya, selama tidak ada keterbukaan terkait pemilihan nominasi, stigma rasisme akan terus melekat dalam dalam tubuh Grammy Awards.