Empati untuk Keluarga Ridwan Kamil
Wali kota Bern, Alec van Graffenried menyambangi Ridwan Kamil pada 30 Mei 2022 yang memantau pencarian putranya, Emmeril Kahn Mumtadz yang hilang di Sungai Aare, Bern, Swiss. (Dok KBRI Swiss)

Bagikan:

JAKARTA - Perasaan cemas dan sedih tentu masih meliputi Keluarga Ridwan Kamil, Gubernur Jawa Barat sebab putra sulungnya, Emmeril Kahn Mumtadz  atau Eril belum juga ditemukan petugas SAR dan polisi Swiss di Sungai Aare, Kota Bern. Eril menghilang dan diperkirakan tenggelam saat berenang di Sungai Aare pada Kamis 26 Mei 2022.

Hingga menjelang sepekan sejak Eril menghilang, pencarian terhadap pemuda berusia 23 tahun tersebut terus dilakukan. Berbagai metode pencarian orang hilang di sungai sudah dilakukan, mulai berjalan menyusuri tepian, berperahu, penyelaman, hingga penggunaan drone yang dilengkapi sensor thermal. Tetapi semua upaya belum membuahkan hasil.

Dukungan untuk Ridwan Kamil terus mengalir, baik dari Indonesia maupun luar negeri. Harapan agar Eril segera ditemukan tetap ditumbuhkan. Mulai doa bersama yang digelar unsur masyarakat di berbagai kota di Indonesia, hingga dukungan langsung dari Walikota Bern, Alec van Graffenried yang menyambangi Ridwan Kamil di tepi Sungai Aare pada Senin pagi 30 Mei.

Emmeril Kahn Mumtadz atau Eril, putra Gubernur Jawa Barat Ridwal Kamil yang hilang di Sungai Aare, Bern, Swiss pada Kamis 26 Mei 2022. (Instagram/@emmerilkhan)

“Dan terima kasih dari kami sekeluarga kepada semua yang sudah ikhlas mendoakan dan melaksanakan doa bersama. Semoga Allah membalas ketulusan hati Anda semua. Jazakallah,” kata Ridwan Kamil lewat akun Twitter @ridwankamil.

Istri Ridwan Kamil, Atalia Praratya, juga meminta dukungan doa dari masyarakat agar upaya pencarian putra sulungnya membuahkan hasil. Atalia ikut mendampingi Eril yang sedang mencari universitas di Swiss, untuk melanjutkan pendidikan tingkat master.

Namun Atalia tidak bersama Eril saat dia terjun ke Sungai Aare untuk berenang. Eril berenang bersama adiknya dan salah satu temannya yang tinggal di Swiss.

"Mohon keikhlasannya untuk terus mendoakan a Eril," tulis Atalia dalam bio Instagramnya, @ataliapr.

Data Insiden di Sungai Aare

Berenang di Sungai Aare sebenarnya merupakan aktivitas yang biasa dilakukan warga Bern maupun turis saat berkunjung ke ibu kota Swiss itu. Berenang di sungai tersebut menjadi kegiatan favorit di musim panas.

Meskipun begitu, kegiatan berenang di Sungai Aare tidak bisa disebut 100 persen aman. Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) Swiss menyebutkan bahwa rata-rata dalam setahun terjadi 15-20 indisen orang hanyut atau tenggelam di Sungai Aare.

"Kejadian serupa itu, terseret arus, kira-kira terjadi antara 15-20 kasus tiap tahun," kata Muliaman Hadad, Duta Besar Indonesia untuk Swiss dalam konferensi pers yang ditayangkan secara daring, Sabtu, 28 Mei.

Aktivitas olahraga air di Sungai Aare, Bern, Swiss. (bern.com/aare-river)

Kasus kecelakaan yang tidak jarang tersebut tak mengurangi minat masyarakat untuk berenang di Aare, sungai yang memiliki sumber mata air berupa lelehan gletser atau sungai es dari Pegunungan Alpen.

Menurut Muliaman, Pemerintah Kota Bern sebenarnya sudah melakukan banyak antisipasi untuk meminimalkan kasus insiden di Sungai Aare. Memasang rambu-rambu keselamatan di beberapa bagian sungai dan memberikan informasi kondisi terkini Sungai Aare lewat situs pemerintah setempat, adalah tindakan antisipatif yang dilakukan.

“Berapa suhunya, itu kita enggak perlu datang karena pihak pemerintah sudah menyampaikan data dan informasi yang lengkap. Termasuk perkiraan arus yang rata-rata 180-220 m3/detik,” ujar Muliaman.

"Karena ini jadi kebiasaan setempat, biasanya masyarakat mengacu ke sumber itu kalau mau berenang. karena tidak hanya orang dewasa, anak-anak sekolah, balita, bahkan ada yang berenang bersama hewan peliharaannya. Sehingga, menurut saya informasinya sudah cukup," jelas Muliaman lagi.

Hipotermia dan Gagal Jantung

Suhu air Sungai Aare ketika Eril mencebur ke dalamnya dikabarkan 16o Celcius. Suhu tersebut mungkin normal bagi masyarakat yang hidup di wilayah sub tropis seperti Eropa. Namun bagi masyarakat yang tinggal di daerah tropis seperti Eril, bukan mustahil kondisinya akan berbeda. Suhu air 16o Celcius bisa jadi sudah terlalu dingin.

Ada dugaan Eril mengalami hipotermia, atau penurunan suhu tubuh sehingga melemahkan kerja ototnya yang berpotensi juga menghentikan fungsi jantung. Namun dugaan Eril mengalami hipotermia yang mengakibatkan dia tenggelam, belum dapat disimpulkan.

Suhu tubuh normal manusia adalah 35,5o-37o Celcius. Jika tempetarur tubuh menurun di bawah itu, apalagi hingga jauh menurun, risiko terserang hipotermia kemungkinan terjadi. Gejala hipotermia sering dianalogikan seperti orang mabuk: mengantuk, bingung, serba canggung, dan bicara yang tidak jelas. Gejala fisik yang tampak adalah menggigil dan denyut nadi lemah.

Ridwan Kamil (rompi kuning) terus mengikuti perkembangan pencarian putranya yang hilang si Sungai Aare, Bern, Swiss. (Dok. KBRI Swiss)

Menurut situs Scientific American, reaksi tubuh terhadap suhu air dingin bermacam-macam. Tubuh manusia masih dapat bertahan dalam air yang bersuhu 5o Celsius selama 10-20 menit sebelum otot-otot melemah dan seseorang kehilangan kesadaran. Namun ada pula seseorang yang sudah mengalami hipotermia dalam air bersuhu 24o-27o Celsius, hanya saja waktu untuk bertahan bisa di atas 20 menit.

Tidak ada waktu pasti kapan hipotermia akan menyerang seseorang yang sedang berada di dalam air. Tetapi pada umumnya, semakin dingin suhu air maka akan semakin cepat hipotermia datang.

Semoga Emmiril Khan Mumtadz dapat segera ditemukan, dan seperti yang yang diharapkan Keluarga Ridwan Kamil: dalam keadaan hidup.