Bagikan:

JAKARTA - Sudah setahun lebih Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan menjomblo tanpa wakil gubernur. Pasangannya waktu itu Sandiaga Uno memilih mundur untuk ikut berkontestasi di Pilpres 2019. Sejak saat itu, Anies seorang diri mengurusi semua problematika yang terjadi di Jakarta. 

Ketiadaan wakil gubernur ini kemudian dianggap menjadi salah satu alasan yang membuat Anies tampak kewalahan menghadapi masalah banjir, khususnya banjir besar yang terjadi setelah hujan deras yang melanda DKI Jakarta dan sekitarnya pada Selasa, 31 Desember hingga Rabu, 1 Januari.

"Ketiadaan wakil gubernur, menurut saya, membuat kinerja Pak Anies menjadi kurang kencang dan kewalahan," kata Trubus saat dihubungi VOI, Kamis, 3 Desember.

Menurut Trubus, sebenarnya berusaha ditambal Anies dengan melibatkan Sekretaris Daerah DKI Jakarta Saefullah dan Tim Gubernur Untuk Percepatan Pembangunan (TGUPP). Hanya saja, tambalan ini dianggap tak cukup oleh pengamat tersebut.

"Banyak hal (yang terjadi) di internal Pak Gubernur. Karena sebenarnya kebijakan Pak Anies ini ada yang bagus dan bisa diapresiasi tapi, ya, karena berbagai hal eksekusinya susah," tegas Trubus sambil menambahkan bukan hanya tak wagub, seringnya Anies membongkar pasang jajaran kepala dinas juga menjadi bumerang tersendiri baginya.

Selain itu, hal lain selain faktor eksekusi pengendalian banjir yang kurang, Anies juga dinilai kurang berkomunikasi dengan daerah penyangga DKI Jakarta seperti Jawa Barat dan Banten. Padahal, penanggulangan banjir harusnya dilakukan dari hulu ke hilir bukan.

Tak hanya itu, mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan era Kabinet Kerja ini juga dianggap tak membuka keran komunikasi dengan baik terhadap pemerintah pusat.

Padahal sebagai pemangku kepentingan, menurut Trubus, Anies harusnya lebih sering duduk bersama pemerintah pusat dan pemerintah provinsi penyangga DKI Jakarta untuk membicarakan persoalan banjir yang jadi langganan di kota metropolitan ini.

Anies dan resolusinya dapat wagub baru

Saat jelang tahun baru, Anies Baswedan sebenarnya mendapat pertanyaan dari wartawan terkait posisi kursi wakil gubernur yang sudah berdebu sejak ditinggal Sandiaga Uno. Hanya saja, tak ada jawaban pasti dari dirinya ketika itu.

"Pokoknya lebih cepat lebih baik," katanya kepada pewarta di Balaikota, Jakarta Pusat, Selasa, 31 Desember.

Selain terus menjawab dengan berharap cepat namun ternyata prosesnya masih alot, Anies juga berharap di tahun 2020 ini dia bisa lebih produktif dari sebelumnya. "InsyaAllah tahun baru kita mulai babak baru. Alhamdullilah kita melewati 2019 dengan baik. Keinginannya, adalah lebih banyak berkarya dan optimis," ungkapnya.

Sebagai informasi, beberapa waktu lalu PKS telah menyodorkan dua kadernya, yakni Sekretaris Umum DPW PKS DKI Agung Yulianto dan mantan Wakil Wali Kota Bekasi Ahmad Syaikhu kepada DPRD DKI untuk dipilih.

Namun, dalam perjalanannya, kedua nama ini belum juga ditindaklanjuti, sehingga Gerindra mencoba mengusung nama lain diantaranya adalah Riza Patria yang merupakan Ketua DPP Partai Gerindra dan anggota DPR RI Komisi V periode 2019-2024.

Nantinya, setelah proses penentuan nama, keputusan resmi calon masing-masing partai akan diumumkan pada awal Januari. Hingga akhirnya, proses pemilihan Wagub DKI yang sempat mandek akan dilanjutkan. 

Selanjutnya, setelah terpilih masing-masing satu calon dari kedua partai, DPRD DKI bakal menggelar rapat pimpinan gabungan (rapimgab) untuk pengesahan tata tertib (tatib) pemilihan Wagub DKI dan dilanjutkan dengan pembentukan panitia pemilih (panlih) yang akan bekerja dengan mengacu tatib untuk menentukan satu nama. Nama inilah yang nantinya bakal menempati kursi orang nomor dua di DKI.