JAKARTA - Nama besar Mike Tyson tidak pernah pupus, bahkan di saat kariernya mulai surut. Pekan ini nama Tyson yang kini berusia 55 tahun kembali menjadi sorotan, setelah dia dikabarkan bakal melakukan pertarungan ekshibisi melawan youtuber kondang yang beralih profesi menjadi petinju, Jake Paul.
Menurut berbagai berita yang muncul pada 17 Januari, duel ekshibisi antara mantan juara dunia kelas berat melawan petinju wajah baru tersebut akan digelar di Las Vegas pada tahun ini. Nilai laga main-main tersebut juga diberitakan bukan main-main, 50 juta dolar AS atau sekitar Rp703 miliar! Kedua pihak dikabarkan sudah sepakat.
Tyson yang merupakan juara dunia kelas berat termuda dalam sejarah sudah buru-buru mengeluarkan bantahan soal kesepakatan duel tersebut.
"Ini baru bagi saya. Saya baru saja melihat Jake di St. Barths dan dia tidak pernah menyebutkan itu," tulis Tyson di platform media sosial miliknya merespons berita yang ditulis The Sun.
Mike Tyson tidak membantah bahwa dirinya pernah bertemu Jake, ketika mantan juara dunia tersebut melakukan pertarungan ekshibisi melawan Roy Jones Jr di Los Angeles pada 28 November 2020. Menjadi pertanyaan menarik, akankah Tyson benar-benar menolak tantangan dari Jake, yang 30 tahun lebih muda darinya?
Kehadiran media alternatif, media sosial memang mengubah banyak perikehidupan manusia. Cara manusia berkomunikasi berubah, cara bersosialisasi berubah, hingga cara bekerja pun berubah. Jake yang menantang Tyson adalah salah satu pelakunya.
Profesi Jake bersama kakaknya, Logan Paul adalah youtuber. Akun kakak beradik itu dalam berbagai platform media sosial diikuti puluhan juta orang, laku keras. Akun Jake sendiri punya lebih dari 20 juta pengikut. Cara kakak beradik tersebut memasarkan akun mereka dikenal aneh-aneh, bahkan ekstrem dan menabrak rambu-rambu hukum. Terakhir, Jake dikenai tuntutan hukum di Puerto Riko karena menggendarai motor di pantai, dan lantas diunggah di akun Youtubenya. Hukum Puerto Riko melarang kendaraan bermotor melewati pantai, demi menjaga habitat margasatwa di sana khususnya penyu.
Peran Paul Bersaudara
Ide Jake untuk terjun ke tinju professional karena mengikuti jejak kakaknya, Logan. Pertengahan 2018 Logan mendapatkan ide untuk bertinju melawan youtuber terkenal asal Inggris, Olajide Olayenka Williams atau biasa dikenal sebagai KSI. Pertandingan dikemas secara amatir di Manchester, Inggris 25 Agustus 2018. Duel mereka disiarkan secara berbayar lewat kanal YouTube. Ternyata tinju amatiran itu laku keras.
Sampai sebulan setelah hari pertarungan, Logan vs KSI ditonton 115 juta orang yang kebanyakan adalah followers mereka. Saat hari pertandingan, sebanyak 25 ribu orang datang ke Manchester Arena untuk menonton pentas sirkus tinju amatir itu, dan membayar!
Promotor asal Inggris, Eddie Hearn melihat peluang. Lewat usaha kepromotoran miliknya, Matchroom Boxing, Hearn menawarkan duel ulang. Laga kedua Logan vs KSI digelar di Los Angeles pada 9 November 2019. Laga kedua itu dikemas sebagai tinju profesional, bukan ekshibisi karena dicatat resmi dan di bawah pengawasan otoritas olahraga profesional California, California State Athletic Commission.
Duel itu juga laku keras, meskipun tidak dijual secara bayar per tayang lewat YouTube. Siaran langsungnya diadakan oleh DAZN, saluran televisi streaming asal Inggris. Penjualannya pada 2019 menempati peringkat ketiga tayangan tinju DAZN, di bawah Anthony Joshua vs Andy Ruiz II dan Canelo Alvarez vs Sergey Kovalev.
Kesuksesan itu membuat manajemen Paul bersaudara ketagihan. Jake pun ikut-ikutan terjun menjadi petinju profesional Pada 30 Januari 2020 Jake melakoni debut tinju pronya, menghadapi sesama Youtuber, yaitu AnEson Gib dari Inggris di Miami, Florida Jake menang KO ronde pertama.
Setelah itu minatnya bertinju semakin menjadi-jadi. Dia lantas menantang mantan bintang NBA, Nate Robinson dan menang KO lagi. Kemudian mantan petarung UFC Ben Askren dia tantang, menang KO lagi. Terakhir Jake dua kali bertarung melawan mantan bintang UFC, Tyrone Woodley dengan hasil menang angka dan KO.
Duel tinju antara para Youtuber top melawan mantan-mantan juara tinju maupun MMA sering dianggap sebagai “sirkus tinju”, tinju main-main. Kenyataannya, laga seperti itu tetap laku. Duel Logan Paul melawan Floyd Mayweather Jr di Miami, Florida pada 6 Juni 2021 contohnya, yang laku keras meskipun dianggap duel dagelan. Mayweather dikabarkan mendapatkan tidak kurang dari 30 juta dolar Amerika sebagai bayaran ditambah persentase penjualan siaran, sementara Logan 250 ribu dolar Amerika ditambah persentase penjualan siaran. Penonton yang datang ke Hard Rock Stadium di Miami juga mencapai 25 ribu orang, termasuk mantan juara dunia kelas berat Evander Holyfield ada di antaranya.
Sejak Masa Muhammad Ali
Sirkus tinju dan olahraga pertarungan lain bukanlah barang baru. Pada 26 Juni 1976 Muhammad Ali sudah menggelar sirkus tinju melawan pegulat asal Jepang, Antonio Inoki di Tokyo.
Larry Holmes juga sempat melakukan eksibisi tinju di Istora Senayan, Jakarta pada 18 Maret 1990, melawan Tim Whiterspoon. Tiket menonton sirkus tinju Holmes vs Whiterspoon di sisi ring, pada saat itu dijual 1000 USD dan laku.
Mantan juara dunia asal Indonesia, Chris John juga pernah melakukan eksibisi tinju menghadapi Gubernur NTT, Viktor Laiskodat. Namun aksi tersebut tidak dikemas secara profesional.
Gulat bebas profesional WWF juga layak dikategorikan sirkus olahraga. Pertarungan dalam ajang tersebut bukan sungguhan, meskipun para pegulat WWF berlatih keras untuk melakukan aksi-aksi akrobatik di atas ring yang didesain khusus. Toh pertarungan sandiwara tersebut laku keras di seluruh dunia. Bahkan sempat membuat orang tua di Indonesia khawatir, sebab anak-anak mereka ikut-ikutan melakukan aksi berbahaya bak pegulat WWF yang populer dengan sebutan smack down.
Mayweather pun sempat menjadi bintang tamu dalam ajang sirkus gulat WWF. Tyson juga pernah menjadi bintang tamu.
Pandangan Berbeda
Saat ini dengan media sosial yang semakin ngehit, sirkus tinju adalah sebuah keniscayaan yang sulit dihindari. Youtuber top seperti Logan Paul, KSI, maupun Jake Paul dengan mudah menjadi lebih populer dengan berlagak menjadi petinju, menghadapi petinju-petinju uzur yang sudah pensiun namun masih menyisakan nama besar.
Sebuah kenyataan yang menyakitkan bagi kebanyakan pelaku olahraga pertarungan profesional. Juara kelas berat UFC, Francis Ngannou misalnya sinis menyikapi perilaku para pelaku sirkus tinju. Menurut pandangan Ngannou, pelaku-pelaku sirkus tinju tidak membawa akibat positif bagi olahraga tinju selain meraih banyak uang dengan memanfaatkan tinju, namun mengandalkan popularitas di luar tinju.
Petinju kelas berat asal Swedia, Otto Wallin memiliki pandangan berbeda. Menurutnya, petinju profesional justru harus membuka diri, lebih melek dengan apa yang disebut promosi. Petinju harus semaksimal mungkin memanfaatkan media sosial untuk membuat mereka lebih populer. Cara itu diharapkan mampu menyaingi para youtuber yang kini menguasai tinju pro, dengan kemampuan rendah namun dibayar tinggi.
Petinju Indonesia mantan juara PABA, David Koswara juga berpandangan positif terhadap tren sirkus tinju. Baginya tinju profesional memang untuk mencari uang, bukan mempertahankan idealisme. Jadi mau dimodifikasi dalam bentuk apapun, selama aktivitas tinju itu menghasilkan bukanlah hal tabu.
Di masa pandemi COVID-19, apapun bentuk tontonan termasuk tinju profesional memang surut. Penurunan pementasan tinju dan profesional di dunia mencapai lebih dari 60 persen, yang tentu berimbas pada pendapatan para petinju.
Menggelar sirkus tinju memang bukan solusi ideal untuk meningkatkan kualitas olahraga tinju. Namun setidaknya menjadi alternatif sumber pendapatan para petinju, sekaligus hiburan bagi yang suka. Entah untuk sementara, atau selamanya.
Bukan tak mungkin pertunjukan semacam itu bakal semakin laku di masa datang. Apalagi nama-nama besar seperti Mike Tyson sudah mulai dibawa-bawa.