Bagikan:

JAKARTA - Komisi I DPR RI menyetujui Jenderal Andika Perkasa menjadi Panglima TNI. Sebelum disetujui menjadi Panglima TNI, Andika lebih dulu mengikuti fit and proper test di komisi bidang pertahanan itu.

Setelah disetujui, Andika pun mengucapkan terima kasih. Dengan begitu, fit and proper test selesai dan hasilnya akan segera dibawa ke sidang paripurna pada Senin, 8 November.

"Saya mengucapkan terima kasih Ibu dengan Bapak-bapak semua, terima kasih," ujar Andika di gedung DPR, Jakarta, Sabtu, 6 November.

Dalam uji-kelayakan itu, Andika memaparkan penanganan keamanan di Papua. Anggota Komisi I DPR juga mengungkap sejumlah janji Andika mengenai keamanan di Papua.

Anggota Komisi I DPR dari Fraksi NasDem, Hasbi Anshory, mengungkapkan rencana Andika tak lagi menggunakan pendekatan militer di Papua namun akan menggunakan pendekatan humanis.

"Jadi yang pertama kalau saya lihat Panglima TNI itu orangnya kesatria. Dia tidak menutup-nutupi bahwa terhadap kelemahan, dia sampaikan bahwa ada kelemahan dan dia akan mencoba penyelesaian Papua itu sehumanis, tidak lagi dengan pendekatan militer," ungkap Hasbi, Sabtu, 6 November.

Hasbi menilai pendekatan yang dilakukan terkait isu Papua sejak dulu tergolong keras. Kata Hasbi, kini Andika tak lagi menggunakan pendekatan militer.

"Ya mungkin dari militer itu tidak sekeras yang dulu, bukan kita mengatakan dulu keras ya, tapi pokoknya calon Panglima TNI menginginkan secara humanis, pendekatannya tidak lagi secara militer," kata Hasbi.

Rencana Andika tersebut juga dibenarkan oleh Wakil Ketua DPR RI Lodewijk Freidrich Paulus. Dia mengatakan Andika berencana tidak lagi memakai pendekatan perang dalam menangani isu Papua dan akan memakai pendekatan yang lunak.

"Prinsip beliau disampaikan tadi bagaimana memenangkan pertempuran tanpa peperangan. Artinya, ada pendekatan lunak yang dia lakukan, pendekatan sosial yang dilakukan. Ujung-ujungnya masalahnya juga bisa diselesaikan. Kita berharap demikian," ujar Lodewijk kepada wartawan, Sabtu, 6 November.

Andika disebut akan menyelesaikan konflik di Papua dengan memanfaatkan operasi pembinaan teritorial. Dia mengatakan TNI lebih mengedepankan komunikasi.

"Andalan dia bukan satuan tempur, tapi satuan-satuan teritorial yang digelar, mulai Babinsa, Tamtama, dan Kodim, dan itu yang diperkuat," terang Lodewijk.

Sekjen Partai Golkar itu mengklaim Andika Perkasa sudah mulai menyiapkan satuan teritorial di Papua. Para prajurit, kata dia, akan dilakukan seleksi khusus terlebih dahulu.

"Pak Andika sudah mulai dengan menggelar satuan-satuan teritorial di sana, karena diambil dari seluruh prajurit Angkatan Darat, tentunya diseleksi karena berbicara, ada kriteria khusus bagi seorang prajurit," tuturnya.

'Win Heart and Mind' tangani masalah Papua

Anggota Komisi I dari Fraksi Golkar, Bobby Adhityo, mengatakan Andika akan menggunakan cara 'win heart and mind'. Dia menyebut Andika akan merebut hati dan pikiran lawan dalam setiap konflik yang terjadi di wilayah Nusantara.

"Jadi kalau yang disampaikan oleh Bapak Panglima itu pendekatannya bukan menganggap sebagai musuh, tetapi harus menangkan heart and mind. Istilahnya gitu," kata Bobby.

"Jadi kalau misalkan ada yang satu, misalkan siapa bersaudara, jangan bukan itunya, mungkin dalam waktu berapa tahun, siapa keluarganya dan itu memang disejahterakan, sehingga pendekatannya itu bukan pendekatan kita sebagai seperti berperang," sambungnya.

Politikus Golkar itu juga menyinggung soal kekurangan yang diakui Andika di TNI. Salah satunya soal jumlah prajurit TNI yang dikerahkan ke Papua.

"Banyak prajurit itu kan sudah direncanakan banyak prajurit yang ditugaskan ke Papua tapi sampai saat ini kan masih berkurang, sehingga kan dia sempat mengirim 2.900 prajurit untuk sebagai dasar pembuatan Koramil dan saya lupa itu," kata Bobby.