Bagikan:

JAKARTA - Balai Taman Nasional Rawa Aopa Watumohai (TNRAW) di Kabupaten Konawe Selatan, Sulawesi Tenggara (Sultra), memperkirakan populasi rusa (cervus timorensus) tersisa 200 ekor.

Kepala Balai TNRAW Ali Bahri mengatakan berkurangnya jumlah satwa endemik itu dampak perburuan liar yang dilakukan oknum masyarakat yang tidak terpantau petugas.

"Untuk mengantisipasi perburuan liar, kami melakukan patroli rutin di 'site monitoring' satwa prioritas, patroli mandiri habitat satwa itu, dan

sosialisasi perlindungan satwa liar," ujar Ali Bahri yang didampingi Kepala Seksi Pengelolaan Taman Nasional (SPTN) Wilayah II Benny E Purnama kepada Antara, Sabtu.

Untuk diketahui, satwa rusa sebelum migrasi ke tempat lain pada tahun 2000-2002, kata dia, populasinya pernah mencapai 40 ribu ekor.

Menghilannya rusa dalam kawasan Taman Nasional Rawa Aopa Watumohai yang luasnya mencapai 105 ribu hektare itu karena maraknya perburuan liar yang secara sengaja masuk dan menyerobot ke kawasan itu untuk dikonsumsi sehari-hari dan bahkan menjual di pasar umum, ujar dia .

"Memang pada beberapa puluh tahun lalu banyak dijumpai rusa (kijang). Selain rusa, ada anoa dan babirusa namun kedua jenis satwa ini jumlahnya sudah tergolong langka alias jarang ditemukan di kawasan ini," ujarnya.

Khusus anoa, kata Benny, data pada 2019 berjumlah antara 15 sampai 20 ekor terbagi atas anoa dataran tinggi 4-5 ekor dan sisanya anoa dataran rendah 11-15 ekor. Sementara hewan babirusa hanya 1 ekor yang kini ditangkar di belakang Kantor Balai TNRAW. Dua jenis hewan liar itu hanya dapat dilihat melalui kamera "trap".

Data tersebut, lanjut dia, dua tahun terakhir mungkin bertambah karena semua satwa yang ada di alam liar di taman nasional ini pasti berkembang biak.

Selain anoa, kata dia, pihaknya mencatat ada burung maleo, kakatua kecil jambul kuning, burung air, aopa, dan mangrove.

Burung maleo diperkirakan masih 30-36 ekor, kakatua kecil jambul kuning 10-15 ekor, burung air, aopa 24 jenis, dan mangrove 23 jenis.