JAKARTA - Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo mengantisipasi terjadinya tanah longsor pada musim hujan, terutama dalam menghadapi dampak La Nina yang diprediksi akan datang pada akhir tahun ini.
Ganjar mengungkapkan sejumlah daerah pada kawasan pegunungan di Jawa Tengah yang berpotensi tinggi mengalami longsor. Hal ini dilihat dari peta kerawanan bencana.
"Daerah Tengah Jawa Tengah itu mulai dari sedikit Magelang, Wonosobo, Temanggung, Purbalingga, Banjarnegara, sedikit Kebumen, terus kemudian Banyumas sampai Cilacap, itu daerah-daerah yang punya potensi longsor yang tinggi," kata Ganjar dalam Rakornas Antisipasi La Nina, dilihat dalam tayangan Youtube BMKG, Jumat, 29 Oktober.
Selain kawasan pegunungan, Ganjar juga menaruh perhatian pada kawasan Pantura. Di dataran rendah ini, jika musim hujan melanda, sering mengalami dua bencana, yakni longsor dan banjir rob.
"Ketika longsor ini ada, ada daerah di Pantura yang menjadi perhatian kita. Kalau kemudian robnya naik ditambah dengan hujan, maka ini lengkaplah sudah penderitaannya," ucap Ganjar.
Karena itu, Ganjar mengaku telah meminta jajarannya untuk bersiaga mengantisipasi potensi bencana jelang musim hujan yang akan diikuti fenomena La Nina tersebut.
Bila terjadi bencana, Ganjar meminta seluruh jajaran Pemprov Jateng untuk menyelamatkan warga, kemudian menyelamatkan harta benda yang memungkinkan, serta menggencarkan pekerjaan infrastruktur pengendalian banjir dan tanah longsor.
"Kepada Balai Besar Wilayah Sungai, terus Dinas Sumber Daya Air kami, kita minta untuk mulai ngecek sungai sungai terutama yang rawan bencana," tutur Ganjar.
"Dinas Lingkungan hidup saya minta, mumpung hujannya ada terus, tanaman tidak boleh berhenti. Nanem terus dan ditambah frekuensinya sampai dengan musim hujan ini ada," lanjutnya.
BACA JUGA:
Seperti diketahui, La Nina adalah fenomena yang dikontrol oleh perbedaan suhu muka air laut antara Samudra Pasifik bagian tengah dengan wilayah perairan Indonesia, sehingga suhu muka laut di wilayah Indonesia menjadi lebih hangat.
Saat ini, terjadi anomali atau perbedaan yang telah melewati ambang batas La Nina, yaitu minus 0,61 pada dasarian I (10 hari pertama) Oktober 2021. Yang terjadi adalah aliran massa udara basah dari Samudra Pasifik menuju wilayah Indonesia yang mengakibatkan terjadinya peningkatan awan hujan yang dapat meningkatkan curah hujan.
La Nina tahun ini diperkirakan akan berlangsung dengan intesitas lemah hingga sedang hingga Februari 2022. Kondisi tersebut sama seperti kejadian La Nina 2020 dengan intensitas yang sama di mana hasil kajian BMKG menunjukkan curah hujan mengalami peningkatan pada November, Desember 2021 dan Januari 2022.