Bagikan:

JAKARTA - Mantan penyidik Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Novel Baswedan kembali menyindir mantan pimpinannya dengan mengatakan mereka suka berbohong.

Hal ini disampaikan Novel menanggapi pernyataan Wakil Ketua KPK Nurul Ghufron yang mengatakan rapat kerja di hotel berbintang lima seperti yang dilakukan pimpinan bukan hal baru. Kegiatan serupa, kata dia, pernah diikuti oleh pegawai yang saat ini sudah tidak lagi bekerja di KPK.

"Salah satu kelebihan Pimp (pimpinan) KPK skrg (sekarang) adl (adalah) suka berbohong," kata Novel seperti dikutip dari akun Twitternya @nazaqistsha, Jumat, 29 Oktober.

Novel menegaskan saat dirinya masih di KPK, rapat tidak pernah diselenggarakan di hotel dengan fasilitas bintang lima seperti Sheraton Mustika Hotel Yogyakarta. Kalaupun digelar di hotel, Novel bilang, biasanya hanya bertaraf bintang tiga.

Tak hanya itu, rapat kerja juga murni hanya membahas pekerjaan dan tidak ada kegiatan lain termasuk kegiatan bersepeda santai. Sehingga, ia menganggap apa yang disampaikan oleh Ghufron adalah sebuah kebohongan.

"Sblmnya (sebelumnya) raker KPK paling di hotel bintang 3, puncak Bogor. Tdk (tidak) pernah di hotel bintang 5, booking 1 rumah makan & acara sepeda santai di jam kerja. Coba ditunjuk dgn (dengan) jelas," tegas Novel.

Mantan pegawai yang tersingkir akibat TWK itu kemudian mempertanyakan tujuan pimpinan dan pejabat tinggi komisi antirasuah mengadakan rapat di Yogyakarta. Tak hanya itu, Novel juga menyinggung soal biaya rapat termasuk tiket pesawat.

"Perjalanan ke Yogya naik pesawat sekitar 100 org (orang), berapa biayanya?" tanyanya.

Novel mengatakan membantu menyalurkan APBN ke satu daerah seperti dalih Firli Bahuri dkk utamanya menggerakkan pariwisata boleh saja. Hanya saja, dia minta para pimpinan komisi antirasuah itu tidak menggunakan uang negara untuk bermewah-mewah.

"Kalo mau bantu gerakkan pariwisata, jgn (jangan) pake uang negara, apalagi bermewah2an. Semoga tdk (tidak) banyak pejabat yg (yang) tdk (tidak) peka dan tdk malu spt (seperti) ini," tegasnya.

Diberitakan sebelumnya, Nurul Ghufron menjawab kritikan yang disampaikan sejumlah pihak terkait kegiatan raker di Jogja tepatnya di Sheraton Hotel Mustika Yogyakarta. Ia mengatakan pihaknya mengadakan rapat di luar Jakarta untuk mendistribusikan APBN ke daerah.

"Kalau kemudian hanya kami belanjakan di Jakarta, maka daerah tidak akan mampu menyerap atau menggunakannya sehingga kami laksanakan di Yogyakarta," ungkapnya.

Dia juga menyebut rapat di luar kota seperti ini bukan pertama kali dilakukan. Pada 2020, rapat pernah digelar di Bandung, Jawa Barat. Bahkan, dia juga menyebut rapat kerja itu juga diikuti para pegawai termasuk mereka yang kini sudah tak lagi bekerja di KPK.

"Misalnya Pak Giri (Giri Suprapdiono) dulu Direktur Dikmas (Pendidikan dan Pelayanan Masyarakat) mereka juga ikut, Pak Koko (Sujanarko) juga ikut, Mas Febri sebagai Karo Humas KPK juga ikut. Jadi (diikuti) semua struktur. Bukan hanya hari ini sebelum-sebelumnya ketika mereka masih menjadi bagian dari KPK pun menjadi bagian yang ikut serta," jelas Ghufron.

"Jadi kalau kemudian sekarang dikritik, anda yang bisa menyimpulkan sendiri," pungkasnya.