Di Jakarta, Perkantoran dan Komunitas Warga Paling Rawan Tertular COVID-19
Ilustrasi (Angga Nugraha/VOI)

Bagikan:

JAKARTA - Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan menyebut ada tren peningkatan penyebaran kasus COVID-19 dalam 2 pekan terakhir. Penyebaran paling banyak terjadi di dalam aktivitas perkantoran dan komunitas warga selama masa PSBB transisi.

"Peningkatan penyebaran sejalan dengan peningkatan mobilitas warga, dari temuan kita dengan testing, aktivitas di perkantoran dan komunitas warga jadi salah satu tempat yang paling rawan penyebaran," kata Anies dalam tayangan YouTube Pemprov DKI, Jumat, 25 Juli malam.

Dalam masa PSBB transisi, sejumlah kegiatan memang sudah dibuka kembali. Tempat usaha telah dibolehkan dibuka kembali dengan syarat pembatas kapasitas karyawan maksimal 50 persen. 

Perusahaan diminta membagi jam kerja karyawan dengan sistem sif. Namun, hal ini tidak semua dipatuhi. Sejak pengawasan sampai saat ini, ada 1.317 perusahaan yang melanggar ketentuan PSBB transisi. Sebanyak 4 di antaranya dilakukan penutupan sementara.

Selain itu, sudah banyak komunitas warga yang sudah mulai berkegiatan kembali. Dalam kegiatan ini banyak warga yang tidak mematuhi protokol pencegahan COVID-19.

"Di tempat seperti ini harus jaga jarak, harus saling ingatkan, jangan pernah ragu tegur sesama kita yang mungkin lalai tidak jalankan protokol kesehatan, misalnya giunakan masker kapan pun, cuci tangan serutin mungkin, jaga jarak. Itu prinsip sederhana," kata Anies.

Sampai saat ini, Anies menyebut, Jakarta telah memiliki  67 rumah sakit rujukan COVID-19. Rinciannya, ada 4.556 tempat tidur isolasi dan 659 ruang intensive care unit (ICU) khusus COVID-19.

"Jumlah kapasitas tempat tidur ini sudah jauh lebih banyak daripada masa awal pandemi dahulu," ucap Anies.

Selanjutnya soal kemampuan pemeriksaan, tes swab polymerase chainreaction (PCR) selalu meningkat setiap minggunya. Hingga saat ini, jumlah total tes yang sudah dilakukan mencapai 499.410 spesimen.

Badan Kesehatan Dunia (WHO) menyaratkan, ketentuan jumlah orang yang diperiksa. WHO menetapkan standar, 1.000 orang baru dari 1 juta penduduk dites setiap minggunya.

Anies menyebut DKI telah melampaui jumlah standar tes oleh WHO. Dalam 1 minggu terakhir, Jakarta sudah melakukan tes terhadap 39.268 orang baru. Kalau dihitung, ekuivalennya adalah 3 688 orang per 1 juta penduduk dalam seminggu. 

"Kalau WHO standarkan 1000 per 1.000.000 penduduk dalam seminggu, Jakarta juga berhasil melewati standar jumlah tes ini," ucap Anies.