JAKARTA - Anggota Komisi IX DPR dari Fraksi PKS, Netty Prasetiyani Aher meminta pemerintah mengurangi belenggu impor bahan makanan pokok untuk mencegah ancaman stunting. Menurutnya, kesejahteraan rakyat akan sulit tercipta jika pemerintah masih bergantung pada impor bahan pangan.
"Upaya menurunkan angka stunting di Indonesia harus dilakukan secara komprehensif dari berbagai sisi, termasuk langkah penyediaan bahan pangan tinggi gizi secara mudah dan murah," ujar Netty kepada wartawan, Kamis, 30 September.
Menurut data BPS, lanjut Netty, dalam kurun waktu Januari hingga Agustus 2021, Indonesia mengimpor lebih dari 15 juta ton bahan pokok senilai US$ 8,37 miliar atau setara dengan Rp 118,9 triliun. Untuk komoditas jagung sepanjang Januari-Agustus sudah impor sebanyak 592.101,7 ton, sedangkan impor ikan segar sebanyak 507,8 ton.
"Kita seharusnya prihatin dan sedih dengan kondisi ini. Pemerintah harus mencari akar masalahnya, mengapa dengan luas laut mencapai 2/3 dari seluruh luas wilayah Indonesia atau sekitar 5,8 juta kilometer persegi, Indonesia masih bergantung pada impor ikan," kata Ketua DPP PKS Bidang Kesejahteraan Sosial itu.
"Seharusnya, potensi ini digali dan dimaksimalkan untuk memenuhi kebutuhan pangan," sambungnya.
Kondisi tingginya impor bahan pangan Indonesia ini, menurut Wakil Ketua Fraksi PKS, semakin mengancam angka stunting di Indonesia. Indonesia, kata Netty, berpotensi kekurangan pangan jika tidak segera membangun kemandirian pangan.
"Ini dapat menjadi ancaman serius bagi penurunan stunting yang saat ini kita menjadi juara keempat dunia. Harusnya pemerintah lebih memperhatikan kehidupan dan kesejahteraan petani, tidak hanya sebatas swasembada pangan tapi juga harus diikuti dengan swasembada gizi," katanya.
BACA JUGA:
Netty juga meminta pemerintah memaknai momentum Hari Tani Nasional 24 September 2021 untuk membangun komitmen dan aksi membahagiakan petani.
"Kita seharusnya membahagiakan petani dengan mengoptimalkan pemanfaatan sumber pangan dalam negeri untuk mencukupi kebutuhan. Tanah kita kaya akan sumber bahan pangan, seperti, jagung, ubi kayu atau singkong, beras, kentang, kopi, teh hingga cengkeh," tambahnya.
Selain itu, Netty mengingatkan pemerintah agar memberdayakan petani dan menyejahterakan kehidupan mereka agar kemandirian pangan tercapai dan ancaman stunting dapat dicegah.
Dikatakan Netty, data BPS tahun 2013 sampai 2020 telah terjadi penurunan drastis petani muda usia 25-34 tahun yang tersisa hanya sekitar 2,9 juta.
"Jangan sampai Indonesia negara agraris akhirnya kehilangan petani karena turunnya minat generasi muda untuk menjadi petani," tandasnya.