Bagikan:

JAKARTA - Menteri Kesehatan (Menkes) Terawan Agus Putranto menyebut, masih rendahnya penyerapan anggaran kesehatan COVID-19 untuk pembayaran rumah berkaitan dengan jumlah pasien yang positif. 

"Kalau penyerapan kurang berarti pasien kurang, sedikit. Santunan tenaga medis juga kalau penyerapannya kurang berarti yang meninggal sedikit," kata Terawan dalam rapat bersama Badan Anggaran DPR, Rabu 15 Juli.

Menurut Terawan, akan berbeda jika jumlah pasien dan tenaga medis yang meninggal banyak. Maka penyerapan anggaran pun banyak. Maka dari itu, penyerapan anggaran tentu sangat bergantung pada perkembangan kasus corona. "Beda dengan penyerapan belanja modal dan barang," kata dia.

Menurut dia, anggaran ini terbagi menjadi dua, yakni pusat dan daerah. Dengan begitu, pihaknya harus sangat hati-hati dalam mengambil keputusan. "Kita juga hati-hati sekali, karena kita menyangkut moral hazard yang kami pegang teguh," ujar dia.

Kedepan, dia mengatakan akan memperbaiki penyerapan anggaran ini supaya terserap dengan baik. Namun tetap dengan mengedepankan akuntabilitas. Dengan maksimalnya penyerapan anggaran ini diharapkan bisa membantu program pemulihan ekonomi nasional (PEN)

Adapun Kementerian Keuangan sebelumnya mencatat penyerapan anggaran bidang kesehatan untuk penanganan COVID-19 baru 5,12 persen dari anggaran sebesar Rp87,55 triliun.

Rendahnya penyerapan anggaran disebut karena perubahan pagu dan kendala pelaksanaan lapangan. "Ini ada keterlambatan klaim biaya perawatan dan insentif tenaga kesehatan," kata Staf Ahli Bidang Pengeluaran Negara Kementerian Keuangan Kunta Wibawa beberapa waktu lalu.

Rendahnya penyerapan anggaran bidang kesehatan ini juga menjadi salah satu pematik kemarahan Presiden Joko Widodo sidang kabinet 18 Juli. Sebab, anggaran yang disediakan belum terserap dengan baik.

Saat itu, Jokowi menyoroti realisasi anggaran penanganan kesehatan masih sangat kecil dari total anggaran Rp75 triliun yang digelontorkan.

"Saya beri contoh, bidang kesehatan itu dianggarkan Rp75 triliun, Rp75 triliun baru keluar 1,53 persen coba. Uang beredar di masyarakat ke-rem di situ semua," kata Jokowi dalam video yang ditayangkan di akun YouTube Sekretariat Presiden, Minggu, 28 Juni.