Bagikan:

JAKARTA - Direktur Kesehatan Keluarga Kementerian Kesehatan Erna Mulati mengatakan bahwa 50 persen angka kematian ibu di Indonesia disumbang oleh enam provinsi, yakni Jawa Barat, Jawa Timur, Jawa Tengah, Banten, Sumatera Utara, dan Aceh.

Pada acara peluncuran Program USAID-Momentum Kemitraan Indonesia dan Amerika Serikat yang diikuti melalui saluran YouTube Kementerian Kesehatan di Jakarta, Kamis, ia menjelaskan bahwa penyebab kematian ibu antara lain gangguan hipertensi (31,9 persen).

Faktor lain yang menyebabkan kematian ibu, menurut dia, meliputi perdarahan obstetri (26,9 persen), komplikasi non-obstetri (18,5 persen), komplikasi obstetri lain (11,8 persen), serta komplikasi pasca-keguguran dan infeksi pada kehamilan (9,2 persen).

Pada masa pandemi COVID-19, ia mengatakan, infeksi virus corona tipe SARS-CoV-2 juga berkontribusi pada peningkatan angka kematian ibu.

“Tentunya perlu dilakukan audit kematian ibu apakah murni disebabkan oleh COVID-19 atau ada faktor lain yang jadi penyebab," katanya dilansir Antara, Kamis, 23 September. 

Menurut Kementerian kesehatan, selama pandemi COVID-19 kasus kematian pada ibu mengalami penambahan cukup tinggi di 24 provinsi termasuk Jawa Timur, Sumatera Utara, Nusa Tenggara Timur, dan Sulawesi Selatan.

“Tentunya hal ini berkorelasi sangat erat dengan tingginya kasus-kasus COVID-19 di daerah ini,” kata Erna.

Sekretaris Jenderal Kementerian Kesehatan Kunta Wibawa Dasa Nugraha mengatakan, angka kematian ibu di Indonesia masih jauh dari target Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) dan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs).

Ia mengutip data Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI), Sensus Penduduk, dan Survei Penduduk Antar Sensus (SUPAS) tahun 2015 yang menunjukkan angka kematian ibu masih berada di angka 305 per 100.000 kelahiran hidup.

Sementara itu, pemerintah dalam PRJMN tahun 2024 menargetkan angka kematian ibu bisa diturunkan menjadi 183 per 100.000 kelahiran hidup. Target penurunan angka kematian ibu dalam SDGs 2030 lebih rendah lagi, 70 per 100.000 kelahiran hidup.​​​​​​​

​​​​​​​“Untuk itu perlu terus menerus melakukan upaya-upaya untuk menuju ke angka yang menjadi target kita dan dukungan, support, dari semua pihak ini sangat penting saat ini, kemudian juga ke depan,” demikian Kunta Wibawa Dasa Nugraha.