China Dihantam Banjir Terburuk Ketika Membangkitkan Ekonomi di Tengah COVID-19 Jadi Kendala Besar
Ilustrasi foto (Kelly Sikkema/Unsplash)

Bagikan:

JAKARTA - Hujan lebat yang mengguyur selama berminggu-minggu telah menyebabkan banjir terburuk di China dalam beberapa dekade terakhir. Banjir menyebabkan hancurnya rumah dan mata pencaharian jutaan orang. Hal tersebut memperburuk keadaan ketika negara itu berjuang untuk menghidupkan kembali ekonomi yang terpukul akibat pandemi COVID-19.

Melansir CNN, Selasa, 14 Juli, sejak Juni banjir dahsyat telah berdampak pada 38 juta orang di China. Sekitar 2,24 juta penduduk telah mengungsi, dengan 141 orang tewas atau hilang, kata laporan Kementerian Manajemen Darurat.

Otoritas China menaikkan peringatan banjir negara itu ke level tertinggi kedua dalam sistem tanggap darurat empat tingkat. Presiden China Xi Jinping menggambarkan pengendalian banjir "sangat suram" dan menyerukan langkah-langkah yang lebih kuat dan lebih efektif untuk melindungi kehidupan.

Pandemi COVID-19 dan penghentian kegiatan selama berminggu-minggu di banyak daerah di China merupakan pukulan bersejarah bagi perekonomian Negeri Tirai Bambu. Negara itu berjanji untuk menggelontorkan 3,6 triliun yuan pada ekonominya tahun ini dalam pemotongan pajak, proyek infrastruktur dan langkah-langkah stimulus lainnya sebagai bagian dari tawaran untuk menciptakan sembilan juta pekerjaan dan menumpulkan dampak dari pandemi.

Sayangnya, banjir cenderung mempersulit upaya pemulihan tersebut. Beberapa daerah yang terkena dampak banjir juga daerah yang paling parah terkena COVID-19. Sementara banjir biasa terjadi di China karena hujan musiman dan banjir tahun inilah yang terburuk. Banjir telah melanda 27 dari 31 wilayah provinsi di China daratan dan di beberapa tempat, ketinggian air telah mencapai ketinggian berbahaya sejak 1998, ketika banjir besar menewaskan lebih dari tiga ribu orang.

Banjir juga telah menghancurkan 8,72 juta hektare tanah pertanian, menghancurkan 28 ribu rumah, dan dalam beberapa kasus merendam seluruh kota. Menurut kantor berita negara Xinhua, banjir juga menyebabkan 82,23 miliar yuan kerugian ekonomi secara nasional.

Di Provinsi Hubei, China tengah, yang menyumbang lebih dari 80 persen kasus COVID-19 di China, tingkat curah hujan yang tinggi menyebabkan banjir dan tanah longsor yang meluas. Lebih dari 9 juta penduduk telah terkena dampak di provinsi yang berpenduduk 60 juta orang tersebut, menyebabkan kerugian ekonomi 11,12 miliar yuan. 

Banjir sepertinya tidak akan surut karena hujan yang lebih deras diperkirakan akan mengguyur dalam beberapa hari mendatang. Badan Meteorologi China telah mengeluarkan peringatan untuk hujan lebat dari Selasa 14 Juli hingga Sabtu 18 Juli di beberapa provinsi di negara itu, termasuk Sichuan, Hubei, Anhui, Jiangsu, dan Zhejiang.