Dinkes Jateng Pastikan Kasus COVID-19 di Blora Bukan Klaster Belajar Tatap Muka
Ilustrasi/UNSPLASH

Bagikan:

SEMARANG - Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah Yulianto Prabowo memastikan temuan kasus COVID-19 di beberapa sekolah di Kabupaten Blora bukan merupakan klaster pelaksanaan pembelajaran tatap muka (PTM).

"Kasus COVID di delapan sekolah tersebut ditemukan melalui 'screening' sebelum PTM dilaksanakan," katanya di Semarang dikutip Antara, Selasa, 21 September.

Dinkes Jateng mengapresiasi langkah Pemkab Blora dalam menyambut pelaksanaan PTM yakni dengan melakukan "screening" lebih dulu terhadap guru dan siswanya.

"Blora justru kami apresiasi, ada delapan sekolah melakukan 'screening' (sebelum PTM, red.), dan ditemukan sekitar 40-an kasus. Jadi, bukan klaster sekolah karena menularnya bukan di sekolah," katanya.

Namun, Dinkes Jateng tidak memungkiri telah mendapat laporan adanya klaster di sekolah seperti yang ada di salah satu MTs di Kabupaten Jepara.

"Ada laporan dari Jepara, ada satu sekolahan di mana setelah dilakukan 'screening' ada siswa yang positif sekitar 25 siswa (dan tiga guru) dan semuanya tanpa gejala," ujarnya.

Semua yang dinyatakan positif COVID-19 telah dilakukan isolasi, bahkan beberapa di antaranya sudah sembuh dan aktivitas sekolah tersebut kembali ditutup.

"Yang positif diisolasi, juga 'tracing' dan 'testing'. Semuanya OTG dan sudah banyak yang sembuh," katanya.

Sementara itu, Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo mengaku langsung berkoordinasi dengan Bupati Blora untuk memastikan terkait dengan temuan kasus tersebut dan ternyata temuan kasus positif di sekolah itu justru karena dites lebih dulu sebelum pelaksanaan PTM.

"Saya cek di Blora, kontak bupati dan saya lega ternyata klaster di sana itu karena persiapan PTM dites lebih dulu. Itu bagus. Ya, ada SMK, MTs, SD dan SMP ini komplit," ujarnya.

Yang menarik, kata Ganjar, semuanya itu orang tua, artinya guru, maka seluruh kepala Dinas Pendidikan harus mengecek untuk memastikan guru sendiri punya kesadaran untuk sehat.

"Kalau tidak ini bahaya, beberapa kejadian MTs di Jepara 28 orang terdeteksi, 25 siswa dan tiga guru. Saya komunikasi dengan Kemenag untuk tutup. Jangan sampai kami kasih stempel gagal," katanya.

Terkait