Bagikan:

JAKARTA - Publik internasional kini tak ada lagi yang meragukan besarnya potensi yang dimiliki oleh Indonesia dalam hal komoditas sawit. Dengan kemampuan produksi lebih dari 50 juta ton Crude Palm Oil (CPO) per tahun, dan luasan lahan tanam sawit mencapai 16 juta hektar secara nasional, praktis membuat Indonesia kini tercatat sebagai produsen sawit terbesar dunia.

Namun di tengah potensi yang demikian besar, industri sawit di Indonesia masih menghadapi tantangan tidak hanya dari internal pelaku usaha, melainkan juga dari pihak-pihak eksternal di luar ekosistem sawit nasional. Tidak hanya dari dalam negeri, namun juga beragam tantangan tak sedikit juga yang datang dari luar negeri.

Guna memaksimalkan seluruh potensi yang tersedia dan sekaligus menjawab berbagai tantangan yang menghadang, industri sawit nasional tentu membutuhkan bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Salah satunya adalah dari kalangan generasi muda, terutama dari kalangan milenial yang saat ini telah menguasai sedikitnya 33,75 persen dari total populasi masyarakat Indonesia secara keseluruhan.

Di tengah tantangan dan peluang yang ada di lapangan, peran serta generasi milenial dalam pengembangan industri sawit nasional ke depan sangat diharapkan.

"Kelompok mahasiswa, para pelajar, para generasi muda dan kelompok milenial ini adalah aset yang sangat berharga, dan bahkan menjadi penentu masa depan industri sawit, sebagai salah satu komoditas strategis berprospek cerah yang dimiliki oleh Indonesia. Di tangan mereka inilah masa depan ditentukan, akan seperti apa pemanfaatan industri sawit nasional ke depan bisa lebih dimaksimalkan," ujar Direktur Perencanaan dan Pengelolaan Dana Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS), Kabul Wijayanto, dalam diskusi virtual bertajuk Digitalk Sawit, Senin 13 Juli.

Selama ini, menurut Kabul, industri sawit tidak hanya menghadapi permasalahan dari internal saja, namun juga dari eksternal, dan juga tidak hanya di-challenge oleh tantangan dari dalam negeri, namun juga banyak dating dari luar negeri. Karenanya, keterlibatan generasi muda diharapkan dapat semakin menyemangati dan menjadi ‘darah baru’ yang membuat industri sawit nasional semakin kuat dan kokoh menghadapi berbagai tantangan dan peluang yang ada.

"Atas dasar pemikiran tersebut itu pula, kami dari BPDPKS secara regular mengadakan kegiatan-kegiatan semacam ini, yaitu untuk merangkul generasi muda agar semakin dekat, akrab dan mengerti dengan baik terkait besarnya potensi yang dimiliki Indonesia dalam hal komoditas strategis ini," tutur Kabul.

Untuk penyelenggaraan Digitalk Sawit kali ini, dijelaskan Kabul, merupakan gelaran ketiga yang difokuskan untuk masyarakat muda di wilayah Aceh, Sumatera Barat, Riau dan Kepulauan Riau. Sebelumnya, acara serupa juga digelar dengan berfokus pada segmen peserta dari Medan dan juga Kalimantan.

Dengan digelar dari kota ke kota secara bergiliran, diharapkan juga bakal semakin banyak lagi kalangan milenial yang bisa dirangkul dalam kampanye positif soal industri sawit.

"Terakhir, dengan adanya rangkaian acara Digitalk ini, diharapkan dapat mengajak generasi milenial untuk mengcounter balik serangan berupa kampanye negatif yang selama ini masih kerap menimpa industri sawit nasional," tegas Kabul.