Taliban Larang Kaum Perempuan Kembali ke Pendidikan Menengah, tapi Izinkan ke Universitas dengan Aturan Ketat
Ilustrasi (Pixabay)

Bagikan:

JAKARTA - Laki-laki Afghanistan kembali ke sekolah pada Sabtu kemarin. Namun, pihak Taliban tidak mengizinkan perempuan.

Taliban garis keras membuat pengumuman pada hari Jumat, mereka menyatakan bahwa siswa dan guru laki-laki bisa kembali ke sekolah.

"Semua guru dan siswa laki-laki harus menghadiri lembaga pendidikan mereka," kata pernyataan itu dikutip dari The Guardian, Minggu, 19 September.

Berbicara kepada BBC, warga Afghanistan bereaksi atas larangan Taliban terhadap perempuan yang kembali ke pendidikan menengah.

"Semuanya terlihat sangat gelap. Setiap hari saya bangun dan bertanya pada diri sendiri mengapa saya hidup? Haruskah saya tinggal di rumah dan menunggu seseorang mengetuk pintu dan meminta saya menikah dengannya? Apakah ini tujuan menjadi seorang perempuan?" kata seorang siswi Afghanistan, yang bermimpi menjadi pengacara.

"Saya ingin menjadi dokter! Dan mimpi itu telah sirna. Saya tidak berpikir mereka akan membiarkan kita kembali ke sekolah. Bahkan jika mereka membuka sekolah menengah lagi, mereka tidak ingin wanita menjadi terpelajar," tutur seorang gadis sekolah yang berbasis Kabul berusia 16 tahun.

Meskipun Taliban mengklaim hukum mereka mengikuti aturan Islam yang ketat, kitab suci Alquran sebenarnya mendorong pendidikan perempuan, mengatakan ada 'kewajiban Islam' untuk mencari pengetahuan, dan telah ada tradisi yang membanggakan dari ulama perempuan di dunia Islam selama berabad-abad.

Istri Nabi Muhammad (SAW) Aisha, seorang perempuan, dianggap sebagai sarjana Muslim terkenal dan dihormati dalam agama sebagai pendidik.

"Pendidikan dan melek huruf sangat dihargai dalam Islam sehingga Taliban tidak dapat melarang perempuan sekolah dengan alasan Islam, jadi mereka selalu mengatakan mereka akan membukanya ketika keamanan ditingkatkan. tidak pernah melakukannya. Mereka tidak pernah membuka sekolah," Clark, co-direktur Jaringan Analis Afghanistan mengatakan kepada Guardian.

Meskipun Taliban telah 'mengizinkan' perempuan untuk kembali ke pendidikan universitas, aturan ketat yang memisahkan jenis kelamin dapat melumpuhkan beberapa universitas, yang tidak memiliki sumber daya untuk menyediakan kelas terpisah.

Jika gadis-gadis muda dilarang dari pendidikan menengah, mereka tidak akan dapat melanjutkan ke pendidikan tinggi.