Mengenang Penyergapan Dr Azhari, Cerita Tetangga yang Rumahnya Jadi 'Markas' Densus 88
Tangkap layar Channel YouTube Humas BNPT

Bagikan:

JAKARTA - 16 tahun lalu, 9 November 2005, sepak terjang Dr Azhari --dalang dan otak sejumlah aksi teror di Indonesia-- berakhir di Kota Batu Malang. Ini adalah cerita dari tetangga Dr Azhari tentang hari paling menegangkan seumur hidupnya saat itu.

Nama tetangga Dr Azhari itu adalah Eddy Sutanto. Rumahnya cuma selempar batu dari tempat persembunyian Eddy selama ini.

Saat itu jam menunjukkan pukul 11 siang. Semuanya terjadi begitu cepat.

Siang itu, Eddy menangkap suasana yang sangat berbeda dibanding biasanya. Banyak mobil-mobil asing yang hilir mudik dan berada di sekitar rumahnya.

Salah satu mobil tiba-tiba berhenti di depan rumahnya. Lalu beberapa orang polisi meminta izin masuk ke dalam rumah Eddy.

"Setelah kejadian, saya baru tahu kalau itu Densus 88," kata Eddy seperti yang dilihat dari Channel YouTube Humas BNPT pekan lalu.

Tangkap layar Channel YouTube Humas BNPT

Ketika di dalam, mereka langsung menyiapkan senjata laras panjang layaknya mau perang. Belum ada informasi kejadian apa yang bakal dihadapi Eddy dan istrinya. Mereka masih berpikir kalau polisi sedang menggerebak bandar narkoba.

Eddy dan istri yang penasaran, coba bertahan di depan teras menanti apa yang terjadi. Akhirnya perintah polisi datang juga menyadarkan dia kalau penggerebakan kali ini bukan hal biasa.

"Bu, masuk bu, masuk, ada banyak bom," kata Densus 88 kepada istri Eddy.

Kini rumah yang lokasinya ada di perumahan Flamboyan, Kota Batu, Jawa Timur itu masih dibiarkan hancur berantakan. Rumah tersebut dikepung rumput liar di sekeliling halaman.

Serpihan atap rumah yang porak-poranda serta dinding masih dibiarkan apa adanya. Masih terlihat jelas beberapa lubang peluru akibat baku tembak Dr Azhari dengan pasukan Densus 88.

Tangkap layar Channel YouTube Humas BNPT