Bagikan:

GIANYAR - Bangkai ratusan burung pipit yang berhamburan jatuh ke tanah di kuburan atau Sentra, di Banjar Sema, Desa Pring, Kabupaten Gianyar, Bali, dikuburkan warga setempat.

Kepala Bidang Kesehatan Hewan Kabupaten Gianyar, Bali Made Santiarka mengatakan peristiwa ratusan burung pipit jatuh dan mati teerjadi pagi tadi. 

"Saya di lokasi, jadi memang benar ada kematian burung dan ini warga mengubur bangkainya. (Penyebab kematian) mungkin ada perubahan cuaca itu diagnosis sementara, untuk dianogsis selanjutnya kita ambil sampel dan kita cek ke lab," kata Santiarka, saat dihubungi, Kamis, 9 September.

Burung pipit itu memang bersarang di sebuah pohon asem yang tinggi menjulang di kawasan kuburan tersebut. Selain itu, populasi burung pipit di tempat itu sangat banyak dan hidup bergerombol. 

Kemudian, pada Kamis, 9 September dini hari, terjadi hujan lebat dan angin sangat kencang di daerah. Diduga gerombolan burung pipit itu jatuh dan akhirnya mati. 

"Karena ada pohon asem satu saja di kuburan. Jadi angin numplak ke pohon ini. Jadi karena hujannya terlalu lebat, kan jelas ada tekanan udara rendah, dengan rendahnya tekanan udarah burungnya enggan lari. Dia bertahan saja diam dan basah kuyup, itu menyebabkan dia sakit dan mati dan memang kekuatan burung berbeda dengan kekuatan lainnya," papar Santiarka.

"Ada ratusan (yang dikubur). Ada juga beberapa yang hidup begitu kena sinar bulunya, terbang lagi. Ini peristiwa alam. Di bulu burung itu, ada satkarotinya jadi sulit air itu menembus bulunya. Di samping itu juga ada kelenjar minyak di belakangnya ini. Tapi saking lebatnya hujan karena banyak airnya basah dan tidak bisa terbang," sambung Santiarka. 

Rekaman video burung pipit jatuh berhamburan ke tanah di Gianyar, Bali, menjadi viral dan heboh di media sosial.

Video itu dibagikan oleh pemilik akun Facebook Dek Eko. Dalam video tersebut, terlihat banyak burung berjatuhan di wilayah Sentra, Banjar Sema Pring, Kabupaten Gianyar, Bali, Kamis, 9 September.

Kasubag Tata Usaha Balai Konservasi dan Sumber Daya Alam (BKSDA) Bali, Prawono Meruanto mengaku belum bisa memastikan kapan terjadinya fenomena tersebut. Namun, pihaknya akan melakukan pengecekan ke lokasi.