JAKARTA - Kepala Densus 88 Anti Teror Polri, Irjen Martinus Hukom mengungkap berbagai cara kelompok-kelompok teroris dalam mencari dana untuk mendukung aksinya. Beberapa di antaranya, melakukan perampokan hingga membentuk badan amal.
"Selama ini yang kita ikuti, mereka menggunakan istilah faid. Yang pada prinsipnya faid ini adalah upaya untuk melegitimasi apa yg mereka lakukan yaitu pencurian atau kejahatan perampokan dan lain-lain," ujar Martinus dalam diskusi daring di kanal Youtube Divisi Humas Polri, Selasa, 31 Agustus.
Selain menggunakan cara kejahatan jalanan, lanjut Martinus, kelompok teroris juga terpantau pernah melakukan kejahatan siber. Artinya, mereka menjadi hacker untuk mendapatkan uang.
Cara berikutnya yang pernah ditemukan yaitu dari sumbangan dari para anggotanya. Kelompok teroris mengumpulkan uang dari setiap anggotanya.
BACA JUGA:
Terakhir, dengan membuat badan amal. Cara ini ditemukan paling banyak digunakan setahun terakhir. Cara ini dianggap efektif karena masyarakat Indonesia terkenal berjiwa sosial tinggi dan dapat dimanfaatkan.
"Begitu banyak mereka membangun badan amal yang kemudian ditawarkan kepada masyarakat. Sehingga masyarakat kita yang memiliki jiwa sosial yang tinggi mendonasikan sebagian uang mereka untuk badan amal tersebut," ungkapnya
Dengan cara ini kelompok teroris bisa mendapat uang yang banyak. Sebab, ada juga ditemukan aliran dari luar negeri.
"Tanpa sadar masyarakat kita tergiring untuk melakukan (menyumbang) itu. Begitu juga datang dari luar negeri dan simpatisan mereka sendiri," ujar Irjen Martinus.