JAKARTA - Asosiasi Pengusaha Perlengkapan dan Gaun Indonesia (APPGINDO), mengeluhkan kerugian usaha selama pandemi COVID-19 yang mencapai Rp300 miliar per bulan. Sebab, saat ini sejumlah provinsi seperti DKI belum membolehkan acara resepsi di masa PSBB transisi.
Vendor yang mengurusi kebutuhan acara pernikahan ini meminta pemerintah mengizinkan adanya resepsi. Sebab, kerugian yang dialaminya bakal bergulir ke sektor usaha lainnya.
"Total perputaran uang industri pernikahan yang terhenti itu mencapai 5 triliun. Tadinya, satu vendor bisa mengerjakan acara pernikahan 2 sampai 3 kali dalam sepekan. Tapi sekarang sudah shutdown," kata Ketua Umum APPGINDO Andie Oyong saat dikonfirmasi, Kamis, 25 Juni.
Kata dia, di Jakarta saja ada sekitar 500 perusahaan dengan ribuan karyawan di dalamnya sudah tidak bekerja. Mereka pun tidak memiliki pendapatan lagi. "Tidak ada yang bekerja sehingga semua kena dampak kerugian," tambah dia.
Sehingga, APPGINDO menawarkan konsep pernikahan dengan menjalankan protokol COVID-19. Dengan ini, mereka berharap pemerintah dapat kembali mengizinkan adanya resepsi pernikahan.
Pertama, APPGINDO menyiapkan protokol bagi kru wedding organizer (WO). Semua kru yang bekerja harus dalam keadaan sehat, mengenakan pakaian yang tertutup, selalu mengenakan masker dan menjaga jarak fisik. Bagi kru yang bertugas saat acara berlangsung, mereka memiliki handy talkie (HT) yang tidak dipakai bergantian.
Kemudian, pada penata rias dan rambut, semua alat rias yang siap dipakai sudah dibersihkan dengan alkohol atau desinfektan. Khusus pemakaian lipstik, akan dipotong ujungnya tiap selesai digunakan.
Pada saat akad nikah, penghulu serta mempelai mengenakan sarung tangan. Tiap kursi tamu dan pendamping diberi jarak sejauh 1 meter.
Saat resepsi, seluruh tamu yang datang wajib mengenakan masker dan dilakukan pengecekan suhu. Jika suhu di atas 37,5 derajat celsius, maka akan dilarang masuk. Antrean masuk diberi jarak. Kemudian, APPGINDO menyiapkan opsi pemberian amplop secara virtual menggunakan transfer bank secara online.
BACA JUGA:
Kemudian, pada area ballroom, tiap kursi juga diberi jarak sejauh 1 meter. Kru akan disebar di tiap sudut untuk mengawasi protokol COVID-19 para tamu.
Pada bagian katering, vendor memberikan ketentuan bahwa tamu tak boleh mengambil makanan sendiri. Semua meja menggunakan kaca penutup di atas meja katering untuk menghindari kontak atau penularan cairan droplet dari tamu. Semua minuman juga mesti menggunakan botol plastik yang tertutup. Serta, tamu ditawarkan untuk menerima makanan yang dibawa pulang.
Lalu, pada sesi dokumentasi, para tamu undangan yang akan berfoto dengan pengantin harus menjaga jarak aman. Kru foto juga tidak boleh menerima permintaan foto menggunakan ponsel para tamu.
"Kami dari asosiasi sudah siap. Nanti ada protap bagaimana sebuah resepsi di gedung maupun hotel menjadi aman (dari COVID-19)," tutur Andie.
Andie berharap, angka penularan kasus baru COVID-19 bisa semakin menurun. Dengan begitu, mereka akan mendapat kesempatan untuk membuka usahanya kembali.
"Kalau industri resepsi dapat kesempatan dibuka, maka teman-teman akan jalan roda perekonomiannya. Bukan hanya Industri katering dan dekorasi, tapi sampai ke petani bunga, peternakan juga," tutupnya.