JAKARTA - Perusakan patung-patung terkait rasisme meluas sepekan terakhir, seiring meluasnya gerakan ‘Black Lives Matter’ (BLM). Di Italia pun begitu. Patung yang dirusak tak lain merupakan patung seorang jurnalis terkenal Italia Indro Montanelli di Kota Milan.
Melansir BBC, sebelumnya petisi untuk memindahkan patung telah digulirkan. Namun, otoritas setempat belum mengindahkan tuntutan pengunjuk rasa. Disinyalir karena itulah patung tersebut dicoret-coret dengan kata-kata seperti "rasis" dan "pemerkosa."
Oleh warga Italia, patung tersebut dianggap layak membawa ingatan pada dosa masa lalu sang jurnalis. Apalagi, mengingat semasa hidupnya Montanelli sering dituding rasis dan dicap sebagai pemerkosa karena dia mengaku telah membeli dan menikahi seorang gadis Eritrea berusia 12, selama dinas militer pada 1930-an.
Uniknya, Montanelli juga menuliskan tentang pernikahan itu dalam kumpulan esai berjudu berjudul "La Stanza di Montanelli pada tahun 2000. Setelah setahun berselang, Montanelli kemudian meninggal dunia pada tahun 2001.
Lantas, Kelompok aktivis Retestudentimilano menyebut Montanelli sebagai seorang penjajah yang menjadikan perbudakan sebagai bagian penting dari aktivitas politiknya. Tak hanya itu, mereka juga mengungkap jikalau patung tak layak hadir pada lapangan umum, mengingat dosa masa lalu yang begitu besar.
BACA JUGA:
Seperti yang dilaporkan CNN, Jaksa Alberto Nobili yang berkantor di Kejaksaan Milan mengungkap pelaku vandalisme belum diketahui secara pasti. Alhasil, mereka mulai membuka penyelidikan atas perusakan tersebut.
Mereka yang kedapatan melakukan perusakan, maka akan dilabeli tuduhan mengotori ruang publik. Gambaran hukuman yang siap menjerat pelaku ialah denda sebanyak 103–1.000 euro dan hukuman penjara antara tiga bulan hingga satu tahun.
Walikota Milan, Giuseppe Sala pun bereaksi. Rencananya, pada hari Minggu patung tersebut akan dibersihkan kembali. Dirinya pun menilai mereka yang melakukan vandalisme, sudah tentu tak mengetahui perihal kontribusi Montanelli dalam bidang jurnalistik.
"Dia adalah seorang jurnalis hebat yang berjuang untuk kebebasan pers. Ketika kita menilai hidup kita sendiri, dapatkah kita mengatakan bahwa hidup kita tidak bernoda? Kehidupan harus dihakimi dalam kompleksitasnya," tutupnya.