JAKARTA - Relawan medis Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19, dr. Tirta Mandira Hudhi mengingatkan agar masyarakat Indonesia untuk tidak terus pesimis terhadap kondisi pagebluk COVID-19. Hal ini menyusul dengan rencana pemerintah menerapkan skenario normal baru.
"Jauhi narasi pesimis, narasi negatif. Kita harus optimis. Jangan menduga-duga sesuatu yang kalian enggak mengerti. Bisa jadi saat new normal kasusnya malah turun. Kalau enggak dicoba mana mungkin kita tahu," katanya, dalam video conference bersama wartawan, Sabtu, 6 Juni.
Menurut Tirta, dalam kondisi saat ini masyarakat harus percaya terhadap negara. Sebab, jika tidak hal ini akan memperngaruhi psikologi tenaga kesehatan yang saat ini berjuang untuk membantu pasien positif untuk sembuh.
"Kalau rakyat ragu sama negara sendiri. Bagaimana sama Nakes? Bayangin kita empat bulan di sini enggak pulang. Di suruh kaya gini terus, pakai Hazmat itu enggak enak. Bayangin 8 jam enggak makan, minum, buang air kecil dan besar. Bahkan pipis pakai pampers. Bayangin. Kita enggak pernah mengeluh," jelasnya.
Tirta mengatakan, masyarakat harus patuh pada apa yang menjadi keputusan pemerintah terkait dengan penanganan COVID-19. Termasuk menerapkan skenario kenormalan baru.
Lebih lanjut, Tirta berujar, di Amerika karena COVID-19 tekanan publik itu meningkat. Bahkan beberapa hari setelahnya Presiden Donald Trump sempat ingin turunkan. Kondisi ini diperburuk dengan adanya perselisihan antara partai Demokrat dan Republik, serta isu black rasialisme yang akhirnya membuat rusuh akhirnya.
Ini yang dikhawatirkan pemerintahan Indonesia. Struktur pemerintahan Indonesia memang beda. Tetapi struktur masyarakatnya sama, ketika netizennya kejam, menggiring opininya kejam 11-12 sama Amerika. Ketika ada satu hal saja yang memantik emosi itu bisa menimbulkan gerakan dan menyebabkan chaos. Makanya dibuatlah kebijakan namanya new nomal," ucapnya.
Jangan Percaya Konspirasi
Tirta mengingatkan, masyarakat untuk membaca berita atau informasi berdasarkan data bukan pesan berantai WhatsApp group yang tidak jelas sumber kebanarannya. Menurut dia, masyarakat harus pintar dalam menyerap informasi.
Lebih lanjut, Tirta mengatakan, saat ini masyarakat boleh percaya jika sumber informasinya berasal dari orang yang berkompeten di bidang COVID-19.
"Misalkan yang menjelaskan badan epidemiologi, statistik nasional, ahli, profesor, baru percaya. Kalau yang ngomong group WhatsApp, selebgram, ahli konspirasi sebut saja Jerinx SID, kalian buat apa percaya," katanya.