PADANG - Sebuah video tentang laki-laki dengan muka berdarah dan mengaku telah "buta" viral di media sosial pada Sabtu, 18 Juli. Laki- laki yang diketahui sebagai mantan legislator bernama Awaludin Rao itu, mengaku sebagai korban tindakan represif aparat di pos penyekatan wilayah Lubuk Paraku, pada Jumat, 16 Juli pagi.
Kepolisian Sektor Lubuk Kilangan, Padang, Sumatera Barat, langsung menepis tuduhan tersebut. Polisi menyebut jika video tersebut tidak menayangkan kejadian secara utuh sehingga menimbulkan pengertian yang keliru di tengah masyarakat.
"Tidak benar ada tindakan represif dalam kejadian itu, kami menyayangkan video yang viral seolah-olah kami telah melakukan tindakan (represif)," kata Kepala Kepolisian Sektor Lubuk Kilangan AKP Lija Nesmon, di Padang, Minggu.
Lija Nesmon menceritakan kejadian itu berawal ketika sang pengemudi hendak masuk ke Padang via Pos Penyekatan Lubuk Paraku pada Jumat, 16 Juli pagi sekitar pukul 02.30 WIB.
Kendaraan tersebut kemudian dihentikan oleh petugas untuk memeriksa dokumen pengemudi sebagaimana syarat untuk bisa masuk Kota Padang dalam masa PPKM darurat.
Syarat tersebut berupa surat keterangan vaksin dan hasil tes PCR atau antigen yang menyatakan bebas COVID-19. Namun ia bersama rekannya tidak bisa menunjukkan persyaratan tersebut sehingga diminta untuk putar balik oleh petugas layaknya kendaraan lain yang tidak memenuhi persyaratan.
BACA JUGA:
"Saat diminta putar balik itulah pengemudi ini tidak terima, protes, dan mulai memprovokasi petugas, padahal kami hanya menjalankan tugas sesuai aturan dan ketentuan," jelasnya.
Sang pengemudi terus menolak ketika diminta masuk ke dalam mobil untuk putar balik. Tak lama berselang, lanjutnya, wajah laki-laki tersebut tampak berdarah dan ia mengaku ditusuk petugas dengan pulpen.
Atas dasar keterangan tersebut akhirnya, dia meminta Awaludin Rao menunjukkan petugas mana yang telah menusuknya, namun dia tidak bisa menunjukkan.
"Dalam video yang viral sang pengemudi juga mengaku telah ditusuk dan matanya menjadi "buta", padahal luka terjadi di bagian pelipis dan kami yang mengantarkannya ke rumah sakit," jelasnya.
Sang pengemudi dalam video menyampaikan bahwa ia merupakan warga Padang dan pergi ke Solok sekitar setengah jam untuk melihat truknya yang mengalami kecelakaan. Ia mengaku telah mendapatkan izin dari petugas pos ketika hendak meninggalkan Padang.
"Ketika kami tanya petugas mana ia mengaku lupa, ketika diminta kartu tanda penduduk (KTP)-nya ia tidak mau menunjukkan," katanya.
Oleh karena itu, ia sangat menyayangkan video tersebut viral di media sosial karena dinilai tidak utuh dan lengkap sehingga memberikan stigma negatif kepada petugas.
"Padahal petugas gabungan telah bekerja secara ekstra di pos penyekatan dan tegas dengan mengedepankan sikap humanis," ungkap Lija Nesmon.