JAKARTA - Rumah sakit di Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, kekurangan peti mati untuk memakamkan jenazah pasien COVID-19.
"Iya, kekurangan. Dulu itu, saya setiap bulan dibantu oleh Eka Pralaya (Yayasan Penolong Kematian Eka Pralaya Purwokerto, red.), gratis. Pada saat itu yang meninggal dalam satu bulan paling berapa, enggak banyak," kata Wakil Bupati Banyumas Sadewo Tri Lastiono di Purwokerto, Kabupaten Banyumas, dilansir Antara, Kamis, 15 Juli.
Akan tetapi setelah angka kematian akibat COVID-19 melonjak, kata dia, pihaknya merasa tidak enak jika harus terus meminta bantuan.
Menurut dia, kebutuhan peti mati di Banyumas saat sekarang rata-rata mencapai 30 set per hari, baik untuk memakamkan warga yang meninggal di Banyumas maupun warga Banyumas yang meninggal di luar daerah dan akan dimakamkan di kampung halamannya.
BACA JUGA:
Oleh karena itu, lanjut dia, pihaknya meminta kepada Kadin, Gapensi, Hipmi, maupun pengusaha dan berbagai organisasi yang ada di Kabupaten Banyumas untuk ikut membantu pengadaan peti mati tersebut.
"Saya menggalangnya ada yang langsung, mereka boleh membeli peti mati sendiri kemudian diberikan ke rumah sakit-rumah sakit. Kayak kemarin ada yang diberikan ke RSUD Banyumas, RSUD Prof Dr Margono Purwokerto, Rumah Sakit Islam Purwokerto," katanya.
Selain itu, kata dia, pihaknya juga memberikan nomor rekening milik YPK Eka Pralaya kepada para pengusaha yang ingin menyalurkan bantuan untuk pengadaan peti mati.
Lebih lanjut, Wabup mengatakan selain peti mati, yang menjadi permasalahan saat sekarang adalah keterbatasan jumlah tim pemulasaraan jenazah pasien COVID-19 di rumah sakit.
"(RSUD) Ajibarang sudah mencoba untuk membantu tim pemulasaraan rumah sakit dengan mengumpulkan kayim-kayim (modin) untuk membantu. Tapi wani apa ora (berani apa tidak, red.) itu yang masalah," katanya.
Terkait dengan hal itu, dia mengatakan Forum Komunikasi Pimpinan Daerah (Forkompimda) Kabupaten Banyumas akan segera membahasa masalah kebutuhan tim pemulasaraan jenazah tersebut.