JAKARTA - Pos Pemantau Gunung Api Ili Lewotolok di Kabupaten Lembata, Provinsi Nusa Tenggara Timur melaporkan pada pukul 10.06 WITA kembali terjadi erupsi Gunung Ili Lewotolok dan kawahnya mengeluarkan asap putih dengan tinggi kolom abu kurang lebih mencapai 800 meter di atas puncak.
Kepala Pos Pengamatan Gunung Api Ili Lewotolok Stanislaus Ara Kian saat dihubungi dari Kupang, Selasa, mengatakan bahwa ketinggian material pada erupsi siang ini saat ini fluktuatif .
"Betul sekarang cukup fluktuatif tinggi kolom abunya. Beberapa waktu lalu sempat mencapai 700 meter, kemudian hari ini 800 meter terkadang juga naik sampai 1.000 meter," katanya.
Ia menjelaskan bahwa jika diukur dari permukaan laut, maka tinggi kolom abunya mencapai kurang lebih 2.223 meter.
Ia juga menambahkan bahwa kolom abu teramati berwarna kelabu hingga hitam dengan intensitas tebal condong ke arah barat laut. Erupsi juga terekam di seismogram dengan amplitudo maksimum 17 mm dan durasi kurang lebih 32 detik.
Berdasarkan pengamatan 24 jam yang dilakukan oleh petugas pos pengamatan Gunung Ili Lewotolok erupsi itu terjadi karena sistem kawah tertutup, sehingga terjadi letusan eksplosif.
'Saat ini gunung dalam keadaan status level III atau siaga," katanya.
BACA JUGA:
Oleh karena itu ia menyarankan maka masyarakat yang bermukim di sekitar aliran sungai-sungai yang berhulu di puncak Gunung Ili Lewotolok agar mewaspadai ancaman lahar terutama di saat musim hujan.
Di samping itu juga ia mengingatkan warga bahwa mengingat potensi bahaya abu vulkanik yang dapat mengakibatkan gangguan pernapasan (ISPA) maupun gangguan kesehatan lainnya, masyarakat yang berada di sekitar Gunung Ili Lewotolok agar menyiapkan masker penutup hidung dan mulut maupun perlengkapan lain untuk melindungi mata dan kulit.
Pos pemantau, katanya, selama ini tetap siaga dan memantau untuk memastikan bahwa tak ada semburan abu yang lebih besar dan tinggi yang dapat membahayakan warga di sekitar gunung itu.
'Kami juga mengimbau agar seluruh pihak agar menjaga kondusivitas suasana di Pulau Lembata, tidak menyebarkan narasi bohong dan tidak terpancing isu-isu tentang erupsi Gunung Ili Lewotolok yang tidak jelas sumbernya," demikian Stanislaus Ara Kian.