JAKARTA - Polisi menemukan dokumen jaringan Islamic State of Iraq and Syria (ISIS) dari pelaku penyerangan Markas Kepolisian Sektor Daha Selatan, Kalimantan Selatan pada Senin, 1 Juni, pukul 02.15 WITA.
Kabid Humas Polda Kalimantan Selatan Kombes M. Rifa'i mengatakan, dokumen itu ditemukan saat pihaknya menggeledah pria tanpa identitas. Dari sana, dokumen yang berkaitan dengan ISIS didapat.
"Berdasarkan barang buktinya mengarah kesana (Jaringan ISIS, red)," kata Rifa'i kepada VOI, Senin, 1 Juni.
Dokumen yang dimaksud, lanjut dia, adalah kartu tanda kelompok ISIS, surat ancaman dan bendera ISIS. Beberapa barang tersebut tersimpan di dalam tas pinggang yang digunakan pelaku.
Namun, untuk memastikan lebih lanjut keterkaitan pelaku dengan ISIS, pihaknya saat ini tengah melakukan pemeriksaan secara intensif. "Tentu harus ditelusuri dulu apakah memang yang bersangkutan benar-benar simpatisan ISIS," kata Rifa'i.
Adapun penyerangan yang dilakukan pelaku mengakibatkan satu orang anggota Polisi Kalsel Brigadir Djoman Sahat Manik Raja mengalami luka berat, dan Brigadir Leonardo Latupapua yang merupakan Petugas SPKT Polsek Daha Selatan, Kalimantan Selatan meninggal.
Dia merinci, berdasarkan pemeriksaan sejumlah saksi di lokasi kejadian, terduga teroris ini sempat bersembunyi di salah satu ruangan Polsek Daha Selatan.
"Orang tak dikenal tersebut (terduga teroris) bersembunyi di ruangan unit reskrim polsek," kata Rifa'i.
Bahkan, sebelum bersembunyi terduga teroris ini juga sempat mencoba menyerang beberapa anggota polisi lainnya. Beruntung, mereka bisa menyelamatkan diri.
Hingga akhirnya, bala bantuan pun tiba dan proses penangkapan berlangsung. Tetapi, terduga teroris ini tak mau menyerahkan diri dan terus memberikan perlawanan. Polisi memutuskan untuk memberikan tindakan tegas dengan menembakanya.
"Orang tak dikenal tersebut (terduga teroris) tidak mau menyerah sehingga dilakukan tindakan tegas dan terukur," tandas Rifa'i.
Teroris terlatih
Pengamat Terorisme Universitas Indonesia Ridlwan Habib menduga, orang tak dikenal itu merupakan teroris yang terlatih. Bahkan, penyerangan ini sudah direncanakan dengan matang dan juga bukan pergerakan seorang diri.
"Ini merupakan serangan terorisme terlatih dan terkoordinasi, bukan lone wolf," kata Ridlwan.
Penyerangan ini dilakukan karena merespon seruan atau perintah dari kelompok ISIS lainnya untuk beraksi. Tujuannya untuk menujukan eksitensi kelompok mereka.
"Para analis sudah meramalkan ini akan terjadi, apalagi setelah ada seruan resmi dari Isis pusat tiga hari lalu," pungkas Ridlwan.