Bagikan:

JAKARTA - Akun Facebook @Arafat Ar Arriyadt baru-baru ini mengunggah informasi mengejutkan soal Masjid Jayakarta di Kawasan Pulogadung dekat PT Kimia Farma. Disebutkan, aktivitas salat di masjid ditiadakan menyusul insiden kebakaran. 

Pengunggah pesan menyebutkan, kebakaran terjadi karena masjid ditutup dan disusupi orang-orang tak bertanggungjawab untuk melakukan pembakaran. 

"Awas anda menutup mesjid ada Komunis masuk membakar Mesjid. Pesan Dari MUI: Mulai malam ini sekarang jaga Mesjid Kalian jangan Dikosongkan," begitu narasi dari pengunggah pesan sebagaiman dikutip dari laman turnbackhoaks, Selasa, 6 Juli. 

"Masjid Jayakarta kebakar, makanya masjid jangan ditutup pake buat salat, Allah bakar tuh, Laa haula walaa quwwata illaa billah, Laa haula walaa quwwata illaa billah," tambah si pengunggah. 

tangkap layar facebook @Arafat Ar Arriyadt

Benar demikian?

Fakta bahwa masjid terbakar memang benar terjadi pada 1 Juli lalu. Faktor kebakaran pun bukan karena penyusupan komunis atau tangan-tangan tak bertanggungjawab sebagaimana narasi di atas. 

Masjid terbakar karena dugaan korsleting listrik di area atau lokasi imam. Klaim bahwa ada masjid Jayakarta di kawasan Pulo Gadung yang dibakar komunis adalah klaim yang menyesatkan.

Faktanya, bukan karena dibakar. Kebakaran Masjid JIEP Jayakarta pada 1 Juli 2021 tersebut disebabkan oleh korsleting listrik di area imam.

Dikutip dari Tempo, berdasarkan hasil penelusuran di Google dengan menggunakan kata kunci “Masjid Jayakarta terbakar”, sejumlah media memang memberitakan tentang masjid di kawasan industri Pulo Gadung, Cakung, Jakarta Timur,

Masjid yang terbakar adalah masjid yang dimiliki oleh PT Jakarta Industrial Estate Pulogadung (JIEP). Kesamaan lokasi juga ditemukan dari hasil penelusuran di Google Map dengan kata kunci “Masjid JIEP Jayakarta”.

Kesamaan lokasi ini terlihat dari dinding pagar yang berwarna-warni di video tersebut dengan tampilan di Google Map.

Dikutip dari Antara, kebakaran Masjid JIEP Jayakarta tersebut disebabkan oleh korsleting listrik di area imam.

Hal ini disampaikan oleh Kasi Operasional Suku Dinas Penanggulangan Kebakaran dan Penyelamatan Jakarta Timur, Gatot Sulaeman. Gatot Sulaeman menjelaskan awalnya ada seorang petugas kebersihan yang melihat api muncul dari tempat imam.

Gatot mengatakan petugas kebersihan itu kemudian melaporkan kejadian tersebut ke pengurus masjid.

“Dia melaporkan ke pengurus masjid dan ketika pengurus masjid ke lokasi, api sudah membesar,” ujar Gatot. 

Dia mengatakan proses pemadaman api melibatkan sebanyak tujuh unit mobil pemadam kebakaran dengan total 35 personel.