Bagikan:

JAKARTA - Pagebluk COVID-19 turut menghajar bisnis properti di Tanah Air. Para pengembang properti menyatakan kesulitan dan akhirnya harus membuat keputusan untuk melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) kepada beberapa karyawannya.

Langkah PHK diambil para pengembang karena tersendatnya arus kas perusahaan yang tak berputar. Pagebluk COVID-19 juga mengganggu kegiatan operasional perusahaan.

Akibatnya, sejumlah aktivitas di bisnis properti pun berjalan secara terbatas bahkan terhenti dalam satu hingga tiga bulan ini. Salah satu pengembang properti,  PT Metropolitan Land (Metland) dalam keterbukaan informasi di laman Bursa Efek Indonesia yang dikutip Kamis 28 Mei menyebutkan, telah melakukan PHK terhadap 17 karyawan dari 1.105 jumlah karyawan keseluruhan. Sementara, 221 lainnya terdampak dengan status lain.

"Virus corona telah menganggu kegiatan di lini bisnis mal di Bekasi dan Cileungsi serta bisnis perhotelan di Bekasi, Cirebon, dan Bali," ujar Direktur Metropolitan Land Tbk., Olivia Surodjo.

Ia menjelaskan, terkait bisnis mal, pembatasan operasional diawali oleh pengurangan waktu buka hingga terbatasnya operasional sejumlah tenant mengingat hanya diizinkan membuka beberapa tenant sesuai ketentuan PSBB. Mal andalan pengembang ini adalah Mall Metropolitan Bekasi dan Grand Metropolitan Bekasi.

Padahal kontribusi pendapatan dari kegiatan operasional yang terdampak tersebut mencapai 25 persen terhadap total pendapatan sepanjang tahun lalu. Olivia menyebut, pihaknya berusaha memperkecil efek dari dampak wabah COVID-19 tersebut dengan menyiapkan beberapa kebijakan.

"Untuk meminimalisir dampak yang lebih jauh, Metland berusaha menjaga ketersediaan arus kas agar cukup membiayai kebutuhan operasional dan membayar kewajiban pinjaman bank sampai dengan akhir tahun," jelas Olivia.

Selain itu, lanjut Olivia, Metland menerapkan proses bisnis yang lebih efisien dan efektif dalam kegiatan operasional, membatasi pengeluaran atas kegiatan promosi iklan dan pemasaran, menunda pengembangan proyek baru, dan menunda atau memperlambat pembangunan proyek-proyek komersial yang sedang berlangsung.

"Kemudian, menunda pembelian lahan untuk perluasan proyek baru serta menjaga rasio keuangan perseroan sesuai dengan ketentuan yang telah disyaratkan oleh bank," kata dia.

Selain Metland, pengembang lain yang terdampak pagebluk COVID-19 adalah PT Sentul City Tbk. Perusahaan juga harus melakukan PHK terhadap 20 karyawan, sedangkan 89 orang terdampak dengan status lain.

Sekretaris Perusahaan BKSL Kwee Liana Kumala mengatakan, COVID-19 telah berdampak pada penghentian kegiatan operasional selama 3 bulan. Adapun, lini bisnis yang terganggu selama corona ini adalah hotel dan penjualan properti di Sentul City, Bukit Jonggol Asri, GazeIle Indonesia, Sentul PP Properti, dan Natura City Development di Serpong.

"Padahal, kontribusi dari sektor yang dihentikan operasionalnya tersebut ke total pendapatan perusahaan mencapai 75 persen pada tahun lalu," ujar Kwee Liana.

Untuk menghadapi dampak yang jauh lebih besar, kata Kwee Liana, pihaknya melakukan perampingan organisasi, efisiensi, dan melakukan negosiasi dengan pihak kreditur untuk meminta keringanan, baik dari segi besaran bunga, tata cara dan tenggang waktu pembayaran bunga dan pokok pinjaman.