Hilal Syawal 1441 H Belum Terlihat Sore Ini
Ilustrasi (Pixabay)

Bagikan:

JAKARTA - Kementerian Agama menyatakan hilal awal Syawal tahun ini belum terlihat. Pakar astronomi dari Tim Falakiyah Kemenag Cecep Nurwendaya menegaskan bahwa tidak ada referensi empirik visibilitas hilal awal Syawal 1441 H yang bisa teramati di seluruh wilayah Indonesia. 

Hal ini disampaikan Cecep saat Tim Falakiyah Kemenag melakukan pengamatan hilal di 80 titik di seluruh Indonesia.

"Semua wilayah Indonesia memiliki ketinggian hilal negatif antara minus 5,29 sampai dengan minus 3,96 derajat. Hilal terbenam terlebih dahulu dibanding matahari," kata Cecep pada Sidang Isbat Awal Syawal 1441 H di Jakarta, Jumat, 22 Mei. 

Cecep menjelaskan, penetapan awal bulan Hijriah didasarkan pada hisab dan rukyat. Proses hisab sudah ada dan dilakukan oleh hampir semua ormas Islam.

Saat ini Kemenag sedang menunggu hasil dari proses rukyat. Menurut Cecep, rukyat adalah observasi astronomis. Kalau ada referensinya, maka rukyat diterima. Jika tidak, berarti tidak bisa dipakai.

"Secara hisab, awal Syawal 1441 H jatuh pada hari Minggu. Ini sifatnya informatif, konfirmasinya menunggu hasil rukyat dan keputusan sidang isbat," tambahnya.

Sidang Isbat Awal Syawal 1441H hari ini hanya dihadiri secara fisik oleh Menteri Agama Fachrul Razi, Wamenag Zainut Tauhid Sa'adi, Ketua Komisi VIII Yandri Susanto, Ketua MUI KH Abdullah Jaidi, dan Direktur Jenderal Bimas Islam Kamaruddin Amin. 

Sementara para pimpinan ormas, pakar astronomi, Badan Peradilan Agama, serta para pejabat Eselon I dan II Kementerian Agama lainnya mengikuti jalannya sidang isbat melalui media konferensi video.

Posisi hilal awal Syawal 1441 H

Berdasarkan data di Pelabuhan Ratu, posisi hilal pada 29 Ramadan 1441 H hari ini di Pelabuhan Ratu secara astronomis tinggi hilal terlihat minus 4,00 derajat, jarak busur bulan dari matahari 5,36 derajat dan umur hilal minus 6 jam 55 menit 23 detik.

Sementara itu, dasar kriteria imkanurrukyat yang disepakati MABIMS adalah minimal tinggi hilal dua derajat, elongasi minimal 3 derajat, dan umur bulan minimal delapan jam setelah terjadi ijtima'. 

Sehubungan itu, kata Cecep, karena ketinggian hilal di bawah dua derajat bahkan minus, maka tidak ada referensi pelaporan hilal awal Syawal teramati di wilayah Indonesia. 

“Dari referensi yang ada, maka tidak ada referensi apapun bahwa hilal Syawal 1441H pada Jumat ini teramati di seluruh Indonesia,” tandas Cecep.

Selain itu, lanjut Cecep, juga tidak ada referensi empirik visibilitas hilal jika hilal awal Syawal teramati di wilayah Indonesia.