JAKARTA - Kementerian BUMN meminta seluruh BUMN untuk menyiapkan skenario aktivitas The New Normal. Deputi Bidang SDM, Teknologi dan Informatika, Kementerian BUMN, Alex Denni mengatakan, skenario ini sangat penting untuk mendorong kondisi The New Normal secara alami bukan berdasarkan keputusan yang dikeluarkan.
Denni menjelaskan, persiapan beradaptasi dengan The New Normal sangat penting lantaran belum ditemukannya vaksin corona atau COVID-19, sehingga membuat ketidakpastian kapan pandemi ini berakhir.
Menurut Denni, skenario paling berbahaya adalah fase di mana virus muncul dan belum ada vaksin. Sementara perilaku manusia abai terhadap protokol keselamatan dan kesehatan.
Pada skenario ini, akan diiringi dengan meningkatnya jumlah pasien yang meninggal, bisnis bangkrut, PHK massal, pengangguran melonjak, dan perawatan kesehatannya tidak berjalan baik karena jumlah kasus lebih banyak dari daya tampung rumah sakit.
Namun, menurut Denni, saat ini Indonesia berada di tengah di antara zona berbahaya dan The New Normal. Sebab, sebagian masyarakat sudah sadar dengan pola hidup sehat dan bersih. Meskipun, sebagian yang lain belum sadar akan hal ini.
"Jadi kalau kami identifikasi kira-kira kita ada di pertengahan antara zona berbahaya dengan The New Normal. Kalau vaksinnya sudah ketemu maka kita akan bisa masuk ke zona di mana harapan hidup manusia akan lebih tinggi daripada sebelumnya," katanya, dalam video conference bersama wartawan, Senin, 18 Mei.
Kemudian, Denni menjelaskan, skenario The New Normal yang dimaksud oleh Kementerian BUMN ialah perilaku masyarakat yang disiplin dan peduli dengan pola hidup sehat dengan rajin mencuci tangan dan menggunakan masker selama virus masih ada.
BACA JUGA:
Menurut Denni, BUMN ingin menjadi lokomotif dalam persiapan menuju The New Normal. Sebab, lebih dari sepertiga kegiatan ekonomi Indonesia ini di bawah tanggung jawab Kementerian BUMN.
"Jadi bisa dibayangkan kalau BUMN bergerak sebagai lokomotif yang akan mendorong kita ke The New Normal, maka mudah-mudahan kita bisa segera masuk ke The New Normal dengan alamiah, bukan normal yang ditetapkan dengan keputusan. Tapi yang terjadi karena memang perilaku masyarakatnya berubah," jelasnya.
Denni berujar, yang dapat dilakukan BUMN selain menyiapkan protokol The New Normal juga memberi contoh berinteraksi, sosialisasi, dan edukasi aktivitas tetap berjalan. Semua persiapan protokol masih dalam kajian yang disesuaikan pada kebijakan nasional dan masing-masing daerah.
"Lampiran (surat edaran Menteri BUMN) bukan menyatakan kita masuk 25 Mei, tapi pedoman umum dan protokol harus dirilis, BUMN siapkan protokol antisipasi," tuturnya.
Lebih lanjut, Denni mengatakan, BUMN bukan hanya menunggu tetapi juga harus ikut mempengaruhi dan menggerakkan masyarakat agar skenario The New Normal lebih cepat dicapai.
"Jadi The New Normal ini bukan beraktivitas normal kaya sebelum pandemi. Itu namanya back to previous normal. Kalau The New Normal itu ada yang baru. Apa yang baru? Perilaku masyarakatnya yang mulai disiplin," jelasnya.
Di samping itu, Kementerian BUMN dan BUMN mencoba aktif dalam memberikan gambaran aktivitas The New Normal bagi masyarakat. Denni menyebut, esensi dari surat edaran Menteri BUMN diminta menyesuaikan dengan konteks.
"Rabu ini kami akan lakukan seminar BUMN terhadap protokol. Surat (edaran) bukan interutksi masuk (kerja) tapi siapkan protokol agar BUMN siap menghadapi dan mendorong masyarakat disiplin sehingga bisa lebih cepat masuk ke The New Normal," katanya.