Bagikan:

JAKARTA - Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil memperkenalkan dua alat uji COVID-19 hasil penelitian Universitas Padjajaran dan Institut Teknologi Bandung (ITB). Dua alat tersebut adalah Rapid Test 2.0 dan Surface Plasmon Resonance (SPR).

Kang Emil sapaan akrabnya mengatakan, penelitian dua alat pengujian ini adalah cara bagi ilmuwan untuk membela negara di tengah ancaman COVID-19.

“Inilah sumbangsih dari para ilmuwan yang bela negara melalui ilmunya. Karena dalam perang melawan COVID-19 ini ada yang bela negara dengan garis depan yaitu tenaga medis, harta, dan tenaga,” kata Ridwan seperti dikutip dari situs Pemprov Jabar, Jumat, 15 Mei.

Dia kemudian menjelaskan keunggulan dua alat pengujian tersebut. Rapid Test 2.0, diklaim Ridwan punya akurasi 80 persen lebih baik dari alat rapid test sebelumnya karena spesimen diambil dengan metode swab. Ini berbeda dengan alat rapid test sebelumnya yang hanya menguji sampel darah.

Rapid test karya anak bangsa ini menggunakan antigen, berbeda dengan rapid test sebelumnya yang hanya mendeteksi keberadaan benda asing di dalam tubuh lewat antibodi.

Rencananya, alat ini akan diproduksi sebanyak 5.000 unit pada Juni 2020 dan pada produksi selanjutnya akan diproduksi sebanyak 50 ribu unit.

“Harganya lebih murah kalau RDT yang selama ini beredar kan sampai Rp300 ribu. Kalau yang ini maksimal hanya Rp120 ribu,” ungkapnya.

Selain Rapid Test 2.0, Ridwan juga memperkenalkan alat pengujian diagnostik cepat berbasis teknik resonasi plasmon atau Surface Plasmon Resonance (SPR) yang fokus mendeteksi antigen SARS-Cov2 atau virus penyebab COVID-19.

Berbeda dengan pengujian metode swab menggunakan Polymerase Chain Reaction (PCR), kata dia, SPR tidak perlu laboratorium saat pengujian spesimen. Selain itu, waktu yang dibutuhkan untuk pengujian dengan SPR lebih cepat dibandingkan dengan uji PCR dan harga per unitnya berkisar Rp200 juta.

“Cukup (menggunakan) laptop dan benda sebesar aki motor yang mampu menampung delapan sampel. Jadi bisa dibawa kemana-mana,” ungkap mantan Wali Kota Bandung itu.

Dengan adanya dua alat tersebut ditambah reagen PCR dari Biofarma, Ridwan yakin target tes masif terhadap 300 ribu warga Jabar bisa tercapai.

“0,6 persen dari jumlah penduduk Jabar atau 300 ribu orang harus dites dan Insyaallah, kami bisa mengejar target itu,” tutupnya.