Transformasi Kehumasan di Era Pandemi COVID-19
Ilustrasi. (Foto: Unsplash)

Bagikan:

JAKARTA - Dunia informasi dan komunikasi terus berkembang pesat dalam beberapa waktu terakhir. Hanya berjarak kurang dari lima atau sepuluh tahun yang lalu, misalnya, masyarakat mungkin masih demikian asing dengan istilah buzzer dan influencer.

Namun jangan tanyakan peran dan dampak yang bisa ditimbulkan dari dua hal tersebut dalam mempengaruhi informasi di masyarakat saat ini. Atau juga keterlibatan platform media sosial secara tak terpisahkan dalam strategi komunikasi di sebuah perusahaan. Gelombang disrupsi secara cepat dan senyap telah mengubah pola komunikasi yang sudah ada dan menciptakan standar barunya sendiri.

Kondisi ini diperparah dengan terjadinya pandemi virus COVID-19, di mana salah satu karakteristik khas masyarakat modern yang mobilitasnya tanpa batas, kini dipaksa secara tegas untuk back to the barrier dan saling menjaga jarak fisik antara satu dengan yang lain.

Relasi di masyarakat tidak lagi sama. Tak terkecuali yang juga terjadi dalam dunia usaha. Relasi yang harus dibangun sebuah perusahaan dengan masyarakat di sekitarnya juga sama sekali telah berubah. Interaksi secara online dan real time seketika menjadi tren yang mau tak mau harus diikuti.

Interaksi fisik sebisa mungkin tak digunakan lagi. Kondisi pandemi pada akhirnya mendorong gelombang disrupsi untuk bergulung semakin besar dan cepat. Sebuah tatanan baru terbentuk dan menjadi standar ‘the new normal’ yang berlaku di masyarakat kita hari ini.

Bagi sebuah perusahaan, peran sebagai ujung tombak dalam menghadapi kondisi baru yang sangat challenging dan dinamis tersebut ada pada seorang Public Relation. Dalam pendekatan konvensional bisa saja sebagian orang masih beranggapan bahwa “don’t judge the book from the cover”. Namun realita hari ini mengajarkan bahwa sebuah citra bagi perusahaan tak ubahnya avatar yang sangat menentukan dalam berbagai aspek.

Seorang konsultan keuangan sekaligus motivator berdarah Amerika-Kanada, Brian Tracy, membahasakan peran komunikasi dalam titik tersebut tak ubahnya seperti sebuah ilmu mengendarai sepeda atau menulis. Seolah sepele dengan cakupan ilmu yang lebih terkesan teknis, namun dapat mengubah kualitas dari seluruh bagian hidup kita.

Seorang CEO boleh saja bertindak sebagai nakhoda yang menentukan ke arah mana kapal akan berjalan. Namun seorang Public Relation lah yang bertugas mencari cara bagaimana memecah gelombang di depan agar tidak menghantam dan lalu mengkandaskan kapal, sehingga perjalanan dapat terus dilanjutkan. Seorang Public Relation bertanggung jawab penuh dalam hal strategi komunikasi dan informasi agar bahtera perusahaan tetap utuh saat mencapai tujuan yang telah ditentukan.

IPRA 2020

Berbekal dari pemikiran di atas, Indonesia Public Relation Award (IPRA) 2020 bermaksud memberikan apresiasi setinggi-tingginya terhadap peran dan fungsi Public Relation dalam menopang sebuah perusahaan untuk mewujudkan kinerja yang maksimal. Melalui IPRA 2020, ada apresiasi kepada perusahaan-perusahaan di Indonesia yang terbukti telah mampu menjalankan peran Public Relation yang baik dengan mampu menciptakan pemberitaan yang positif dan citra yang baik di tengah-tengah masyarakat.

Penghargaan ini akan didasarkan pada proses riset yang mendalam lewat beberapa metode. Salah satu adalah media content analysis untuk dapat melihat lebih jauh isi dari sebuah teks dan berbagai pemberitaan terkait perusahaan yang bersangkutan.

"Proses analisa dari media monitoring juga bertujuan untuk memahami struktur makna dari sebuah teks berita yang kemudian dapat memperlihatkan sentimen positif, sentimen negatif, maupun netral. Semakin banyak sentimen positif yang muncul dari pemberitaan, maka menunjukkan kinerja Public Relation yang baik, sehingga mampu menghasil output berupa citra perusahaan yang baik di masyarakat," ujar Mohamad Ihsan, penggagas IPRA.

Proses media monitoring nantinya dilakukan dengan memantau pemberitaan secara online dalam enam bulan terakhir terkait perusahaan-perusahaan dari berbagai industri, di antaranya agribisnis, asuransi jiwa, asuransi umum, consumer goods, ritel, energi, farmasi, property & konstruksi, minyak dan gas, pembiayaan, perbankan, pertambangan, telekomunikasi, agritechdan information technology. Selain itu penghargaan juga diberikan kepada foundation.

Puncaknya, bersamaan dengan penganugerahan penghargaan kepada para pemenang, penggagas IPRA ini juga mengundang dua tokoh besar di bidang komunikasi, yaitu Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo) Johnny G Plate dan Ketua Persatuan Humas (Perhumas) Agung Laksamana, yang akan hadir sebagai Keynote Speaker terkait peran dan tantangan industri komunikasi di era disruptif dan pandemi COVID-19 ini.

"Terakhir, kami mengucapkan selamat kepada para pemenang penghargaan IPRA 2020. Semoga upaya kami ini dapat semakin menyemangati dunia usaha nasional untuk selalu dan senantiasa menjaga kualitas peran kehumasannya, dan bahkan semakin meningkatkannya di masa-masa mendatang," tegas Ihsan.