JAKARTA - Menteri Pertahanan Prabowo Subianto dan Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Mendikbudristek) Nadiem Makarim mendapat ucapan terima kasih secara khusus dari Presiden ke-5 RI Megawati Soekarnoputri.
Hal ini disampaikannya saat mengawali orasi ilmiah pengukuhan gelar Profesor Kehormatan dengan status guru besar tidak tetap oleh Universitas Pertahanan (Unhan) RI.
"Saya mengucapkan terima kasih kepada Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi RI Bapak Nadiem Anwar Makarim, B.A., M.B.A., dan juga kepada Menteri Pertahanan RI Letnan Jenderal TNI Purnawirawan Prabowo Subianto Djojohadikusumo atas kepercayaan yang diberikan kepada saya," kata Megawati saat mengawali orasi ilmiahnya yang dalam acara pemberian gelar yang ditayangkan di YouTube Universitas Pertahanan Official pada Jumat, 11 Juni.
Orasi ilmiah tersebut dilaksanakan di Unhan RI, Sentul, Bogor, Jawa Barat. Ketua Umum PDI Perjuangan itu mengatakan, gelar ini diterimanya dengan penuh rasa tanggung jawab sebagai upaya mengabdi kepada bangsa dan negara.
"Pemberian gelar Profesor Kehormatan, Guru Besar tidak Tetap, dari Universitas Pertahanan ini saya terima dengan penuh kesadaran dan tanggung jawab bagi pengabdian kepada bangsa dan negara Indonesia, terutama di dalam memperkuat tradisi intelektual di dalam seluruh aspek kehidupan," ungkapnya.
Lebih lanjut, Megawati mengatakan kepemimpinan strategik tidak hanya diukur dari keberhasilan di masa lalu tapi juga harus ada korelasi dengan masa kini dan masa depan. Apalagi, hal ini penting untuk kehidupan anak cucu ke depannya.
"(Kepemimpinan Strategik, red) kesemuanya demi tanggung jawab bagi masa depan anak cucu kita. Di sinilah keberhasilan kepemimpinan Strategik harus mampu menghadirkan keberhasilan yang linear di masa lalu, masa kini, dan keberhasilan di masa yang akan datang," ungkapnya.
Ketua Umum PDI Perjuangan ini kemudian menjelaskan dalam perspektif kekinian, kepemimpinan Strategik setidaknya dihadapkan pada tiga perubahan besar yang mendisrupsi kehidupan manusia.
Pertama adalah perubahan pada tataran kosmik sebagai bauran kemajuan luar biasa ilmu fisika, biologi, matematika, dan kimia. Hal ini memunculkan teknologi baru yang tidak pernah terbayangkan sebelumnya seperti rekayasa atomik.
BACA JUGA:
Kedua, revolusi di bidang genetika, yang bisa mengubah keseluruhan landscape tentang kehidupan ke arah yang tidak bisa dibayangkan dampaknya, manakala perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi tersebut dijauhkan dari nilai kemanusiaan.
Ketiga adalah kemajuan di bidang teknologi realitas virtual. Di mana seseorang dapat menikmati pengembaraan ke seluruh pelosok dunia bahkan ke luar angkasa tanpa meninggalkan rumahnya sama sekali.
Megawati mengatakan ketiga perubahan di atas, hadir dalam realitas dunia yang masih diwarnai berbagai bentuk ketidakadilan akibat praktik penjajahan gaya baru, namun tetap pada esensi yang sama. Yakni perang hegemoni, perebutan sumber daya alam, dan perebutan pasar, diikuti daya rusak lingkungan yang semakin besar.
"Hubungan antar negara dalam perspektif geopolitik, juga menunjukkan pertarungan kepentingan yang sama. Bahkan kini semakin meluas. Atas nama perang hegemoni lingkungan dikorbankan. Perubahan teknologi dalam ketiga aspek tersebut justru memperparah eksploitasi terhadap alam," kata dia.
"Global Warming berdampak pada kenaikan muka air laut. Perubahan iklim secara ekstrim juga menciptakan bencana lingkungan yang sangat dahsyat. Di sinilah kepemimpinan Strategik harus memahami aspek geopolitik tersebut, guna memperjuangkan bumi sebagai rumah bersama seluruh umat manusia," pungkasnya.