Bagikan:

JAKARTA - YouTuber asal Bandung, Ferdian Paleka sudah mendekam di balik jeruji besi atas perkara konten video pembagian bantuan palsu yang dianggap tak bermoral. Namun, baru sehari berada di rumah tahanan (rutan) Polrestabes Bandung, dia langsung menerima perpeloncoan oleh tahanan lainnya.

Perpeloncoan yang dialami Ferdian dan beberapa rekannya viral di media sosial. Dalam video, Ferdian Cs terlihat dipaksa masuk ke dalam tempat sampah. Video juga memperdengarkan kalimat-kalimat hinaan untuk Ferdian Cs.

Selain itu, mereka juga dipaksa untuk squat jump dan push up. Bahkan, di bagian akhir rekaman yang beredar, Ferdian sempat dipukul oleh seorang tahanan di bagian punggungnya.

Kasat Reskrim Polrestabes Bandung AKBP Galih Indragiri membenarkan ikhwal insiden perpeloncoan itu. Menurutnya, perundungan terhadap Ferdian dan rekan-rekannya diinisiasi oleh seorang tahanan, Ganjar Anjani, pada Jumat, 8 Mei.

Selain itu, Ganjar juga sosok perekam dan penggunggah video perpeloncoan itu ke media sosial. Akibat aksinya itu, para tahanan lainnya akhirnya terlibat mengerjai Ferdian.

"Benar (perpeloncoan), terjadi sekitar pukul 22.30 WIB. Tahanan bernama Ganjar yang melakukannya dan menggunggahnya ke akun Facebooknya," ucap Galih kepada VOI, Minggu, 10 Mei.

Dari pemeriksaan sementara, motif perpeloncoan itu karena beberapa tahanan tak suka dengan perbuatan Ferdian dengan konten video pembagian bantuan palsu. Kemudian, kata Galih, dalam insiden itu pihaknya juga memeriksa petugas jaga rutan. Bukan hanya terkait aksi perpeloncoan, pemeriksaan itu juga soal penggunaan ponsel di dalam rutan.

"Melakukan pemeriksaan terhadap seluruh personel jaga tahanan termasuk Kasat Tahti (Kepala Satuan Tahanan dan Barang Bukti)," ungkap Galih.

Saat ini Ferdian dan dua rekannya, Aidil serta Tubagus sudah dipindahkan ke sel tahanan lain. Hal itu dilakukan untuk mencegah hal serupa terulang kembali.

Budaya penjara

Kriminolog Universitas Indonesia Adrianus Meliala mengatakan aksi perpeloncoan di dalam penjara bukan hal baru. Insiden semacam itu sering terjadi di seluruh rutan ataupun lembaga permasyarakatan (lapas).

Perpeloncoan akan dialami para tahanan baru, biasanya bertujuan agar mereka menuruti aturan yang dibuat para tahanan lama. Selain itu, perpeloncoan juga sudah menjadi budaya yang terus terjadi berulang-ulang.

"Memang, sering terjadi. Tahanan baru dikerjai tahanan yang sudah masuk lebih dulu. Apalagi terhadap pelaku kejahatan susila, pasti dikerjai. Itu semacam budaya," ungkap Adrianus.

Bahkan, dikatakan, petugas jaga rutan sebenarnya mengetahui aksi perpeloncoan. Namun, mereka seolah tutup mata dengan hal tersebut. Untuk itu, penyidik harus memeriksa para petugas tahanan agar mengetahui apa penyebab yang sebenarnya.

Selain itu, untuk menghentikan terjadinya perpeloncoan di rutan, Polri harus memperbaiki sistem penjagaan. Para petugas yang ditunjuk sebagai pengawas tahanan haruslah sosok yang konsisten.

"Penjaganya mesti tegas dan konsisten," pungkas Adrianus.