PDIP Tak Mau Berkoalisi, PKS Tak Baperan
Sekretaris Jenderal PKS Habib Aboe Bakar Alhabsyi (Foto: Instagram @habib_aboe)

Bagikan:

JAKARTA - Sekretaris Jenderal PKS Habib Aboe Bakar Alhabsyi menanggapi pernyataan PDIP yang mengaku tak bisa berkoalisi dengan PKS karena berbeda ideologi. Aboe menganggap hal itu tidak menjadi masalah.

"PKS tak baperan dengan statement siapapun yang ingin, tidak sama ideologi, tidak apa. Tidak masalah dengan kita," kata Aboe kepada wartawan, Minggu, 30 Mei.

Namun, Aboe mengaku PKS tetap akan membuka peluang berkoalisi mengusung calon presiden dan wakil presiden  dengan semua partai. Bahkan, dengan PDIP sekalipun.

"Kita akan membuka peluang dengan siapapun. Tapi kalau enggak ada yang bersedia, enggak apa-apa. Kita ada (ideologi) yang sama, kok," ujarnya.

Menurut Aboe, partai politik mengikuti kontestasi pemilu dibangun dengan berbagai macam ideologi hingga agama. Kata dia, bangsa Indonesia dibangun dengan kebersamaan.

"Kita kan ingin membangun bangsa dengan segala macam warna kita ada bermacam-macam agama, ada bermacam-macam ideologi. Jangan merasa kalau jadi pemenang, itu dia paling berkuasa di negara. Tidak," jelas Aboe.

Sebelumnya, Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto mengatakan PDIP akan sangat sulit berkoalisi dengan partai seperti PKS. PDIP, disebutnya memiliki perbedaan platform ideologi sehingga sulit untuk berjalan dalam sebuah wadah koalisi.

Hasto memaparkan kerja sama PDI Perjuangan dalam kerangka 2024 akan dibangun atas basis historis dan ideologis. Misalnya dengan PAN yang memiliki basis utama di Muhammadiyah; dengan PKB dan PPP yang memiliki basis di NU dan dengan Gerindra dan Golkar yang memiliki basis sebagai partai kekaryaan. 

“PDI Perjuangan berbeda dengan PKS karena basis ideologinya berbeda, sehingga sangat sulit untuk melakukan koalisi dengan PKS. Itu saya tegaskan sejak awal,” ungkap Hasto.

Selain itu, Hasto mengaku PDIP juga sulit berkoalisi dengan Partai Demokrat yang memakai basis politik elektoral terkait bansos. Namun, dialog dengan kedua partai tersebut, sambung Hasto, tetap bisa dilakukan.

“Jadi semuanya memiliki basis ideologis, kesamaan platform, historis dan memperkuat fungsi elektoral. Saya juga beberapa juga beberapa kali berdialog dengan Partai Gelora, khususnya dengan Fahri Hamzah,” imbuh Hasto.