JAKARTA - Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud), meminta para guru selalu berinovasi di tengah pandemi COVID-19 dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar. Tujuannya, agar siswa tidak jenuh dalam mengikuti kegiatan belajar dari rumah seperti anjuran pemerintah.
Plt Direktur Jenderal PAUD, Pendidikan Dasar dan Menengah Kemendikbud, Hamid Muhammad mengatakan, inovasi para guru diperlukan agar kegiatan belakar dari rumah tetap menyenangkan.
"Lakukan inovasi pembelajaran yang sifatnya bervariasi agar anak-anak tidak jenuh, berat, dan mereka senang belajar di rumah," kata Hamid dalam konferensi pers yang ditayangkan di akun YouTube BNPB, Sabtu, 2 Mei.
Selain itu, para guru dan tenaga pengajar harus paham dengan kondisi anak didik mereka. Apalagi mengenai akses internet. Sebab, Kemendikbud mencatat ada tiga kelompok besar dalam pembelajaran ini.
Pertama adalah mereka yang mampu melaksanakan pembelajaran secara daring melalui platform pendidikan yang sudah ada sebelumnya seperti ruangguru, rumah belajar dan berbagai platform lainnya yang bersifat interaktif.
Kelompok kedua adalah mereka yang belajar dengan sistem semi daring. Sehingga tidak interaktif karena semua tugas akan dikirimkan lewat aplikasi pesan singkat, seperti WhatsApp.
Kelompok ketiga adalah mereka yang tak mampu melaksanakan kegiatan belajar mengajar secara daring, karena tidak ada sarana dan prasarananya. Sehingga, kalau sudah begini kegiatan belajar tetap harus belajar walau harus secara manual.
"Anak-anak yang tidak punya akses internet, akses listrik, akses tentu pembelajarannya manual mungkin di beberapa tempat menggunakan radio komunitas dan lainnya," ungkap Hamid.
Permintaan Kemendikbud agar para guru bisa mencari inovasi agar kegiatan belajar di rumah bisa tetap efektif dan menyenangkan, ternyata sudah dilakukan.
Titis Kartikawati, Guru SD di Kabupaten Sanggau, Kalimantan Barat mengatakan kondisi geografis di wilayah dia mengajar sangat beragam. Sehingga tak mungkin hanya mengandalkan pembelajaran via daring mengingat ada beberapa lokasi yang menjadi area blankspot atau tidak ada sinyal sama sekali.
Untuk mengantisipasi hal tersebut, dia bersama Komunitas Guru Belajar akhirnya menggunakan radio sebagai sarana memberikan materi belajar pada anak didik mereka.
"Dari hari Senin sampai Jumat kita bergantian (siaran radio). Semua guru bisa memberikan materi yang mereka kuasai, tidak harus sesuai kurikulum tapi sesuai arahan Mendikbud," ungkap Titis.
Program radio ini, kata dia, bahkan bisa didengarkan sampai ke wilayah Entikong yang jadi perbatasan antara Indonesia dan Malaysia. Sehingga siswa yang berada di area tersebut dan biasanya terkendala sinyal bisa menyimak dengan baik materi yang diberikan.
Keuntungan lain dari belajar melalui sarana radio adalah para orang tua siswa di wilayahnya tak perlu menambah pengeluaran mereka karena harus membeli kuota internet. Mengingat, kebanyakan orang tua siswanya hanya bekerja sebagai buruh tani, pekerja sawit, dan pedagang sayur.
"Kalau harus memakai internet pasti memberatkan biaya pulsanya," kata dia.
Sementara Titik Nur Istiqomah yang merupakan Guru SD di Kecamatan Muntilan, Jawa Tengah mengatakan internet bukanlah hal yang jadi kendala di wilayah tempat dia mengajar. Hanya saja, tantangan justru muncul karena para guru harus berkreasi untuk menghadirkan kegiatan belajar di rumah yang menyenangkan.
"Para pendidik kini justru ditantang berkreasi memajukan pendidikan dengan teknologi yang ada agar tidak menjadi beban," ungkap Titik.
Belakangan ini, dirinya mengatakan, sudah berbagai aplikasi yang dia gunakan untuk menciptakan kegiatan belajar yang menyenangkan. Termasuk aplikasi TikTok yang saat ini tengah naik daun.
"Kami pernah menggunakan aplikasi TikTok karena anak-anak senang menggunakan media itu dan tidak ada salahnya menggunakan TikTok untuk media pembelajaran," jelas dia.
Inovasi dan kreativitas dalam memanfaatkan berbagai media sebagai saran belajar memang diperlukan. Namun, kata Titik, kegiatan belajar ini tetap tak akan efektif jika tak ada peran serta dari orang tua. Apalagi, selama kegiatan Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ), orang tua siswa yang paling tahu kondisi anaknya selama 24 jam.
"Agar tidak menjadi beban, pertama kuncinya adalah komunikasi antara guru, orang tua, dan anak. Pendidikan akan berhasil kalau ada kolaborasi dari ketiganya," tutupnya.