Perbedaan Metode Penentuan Hari Raya Idulfitri antara NU dan Muhammadiyah
Ilustrasi (Sumber foto: Antara)

Bagikan:

JAKARTA - Pemerintah menetapkan Hari Raya Idulfitri pada 13 Mei besok. Penetapan 1 Syawal ini ditentukan lewat sidang isbat. Untuk menentukan penanggalan tersebut ternyata metodenya berbeda-beda. Misalnya saja cara menentukan 1 Syawal Nahdlatul Ulama (NU) dan Muhammadiyah sebagai organisasi Islam terbesar di Indonesia. 

Untuk tahun ini, Muhammadiyah sudah lebih dahulu menetapkan 1 Syawal 1442 H jatuh pada tanggal 13 Mei 2021. Hal itu tertuang dalam Maklumat Nomor 01/MLM/I.0/E/2021. Dan lebaran tahun ini, kebetulan diselenggarakan serentak. Lantas, apa perbedaan penetapan 1 Syawal NU dan Muhammadiyah?

Bila melihat penetapan pada tahun sebelumnya, PBNU dalam menentukan 1 Syawal menggunakan metode rukyatul hilal bil fi’li. Ini adalah upaya melihat hilal secara langsung.

Berbeda dengan Muhammadiyah yang menggunakan metode hisab. NU menghormati penggunaan metode hisab, hanya saja kedudukan hisab adalah sebagai alat bantu pelaksanaan rukyatul hilal.

Wakil Sekretaris LFPBNU, Ma’rufin Sudibyo dalam keterangan tertulis di NU Online menjelaskan keputusan Nahdlatul Ulama untuk bersandar pada rukyatul hilal dapat dilihat misalnya pada hasil Muktamar NU ke–30 tahun 1999.

PBNU menempatkan tim falakiah di titik di seluruh wilayah nusantara untuk memantau kemunculan hilal. Republika melaporkan, apabila hilal (bulan sabit) tidak terlihat, bulan berjalan digenapkan (istikmal) menjadi 30 hari.

Ada tiga cara melakukan rukyatul hilal, yaitu mengandalkan mata telanjang, alat optik teleskop, hingga penggunaan teleskop yang terhubung dengan sensor atau kamera. Lembaga Falakiyah Nahdlatul Ulama (LFNU) membantu untuk mengkoordinasikannya yang selanjutnya dilaporkan pada pengurus pusat PBNU.

NU memiliki pedoman bahwa rukyatul hilal–lah lebih tepat digunakan berdasarkan perspektif fiqh yang bersandarkan dari teks hadits Nabi Muhammad SAW hingga pendapat para ulama salafus shaalih.

Metode hisab

PP Muhammadiyah dalam menetapkan 1 Syawal mendasarkannya pada metode hisab yang dipedomani Majelis Tarjih dan Tajdid. Kemunculan hilal menandai 1 Syawal.

Tahun ini, Muhammadiyah menetapkan Idulfitri 1 Syawal 1442 Hijriah jatuh pada Kamis, 13 Mei 2021.

Sekretaris PP Muhammadiyah Agung Danarto menjelaskan dasar penetapannya adalah hasil pemantauan hilal, ijtimak atau konjungsi antara matahari dan bulan jelang Syawal. Inilah syarat-syarat terpenuhinya awal bulan.

Ijtimak (konjungsi), terjadi sebelum matahari terbenam mengingat satu siklus satu bulan secara astronomis dari konjungsi ke konjungsi, atau ijtimak ke ijtimak.

Kemudian, ketika hari ijtimak harus terjadi sebelum matahari terbenam. Pergantian bulan harus sesuai dengan pergantian hari. Selanjutnya, saat matahari terbenam, bulan masih di atas horizon atau di atas ufuk untuk memastikan matahari ada di sebelah barat bulan dan bulan di sebelah timur matahari.