JAKARTA – Presiden RI terpilih, Prabowo Subianto, menyikapi secara santai silaturahmi sejumlah menteri kabinet yang berkunjung ke Presiden ke-7 Joko Widodo (Jokowi) saat momen Lebaran 2025. Meski sempat memunculkan spekulasi soal potensi “matahari kembar” dalam pemerintahan mendatang, Prabowo menegaskan tidak ada yang perlu dirisaukan.
Pernyataan tersebut disampaikan oleh Sekretaris Jenderal Partai Gerindra, Ahmad Muzani, yang memastikan bahwa Prabowo sama sekali tidak merasa terganggu dengan dinamika tersebut. Sebaliknya, ia justru menilai silaturahmi para menteri kepada Jokowi sebagai wujud penghormatan dan budaya yang harus dijaga.
“Pak Prabowo tidak merasa terganggu dengan situasi itu,” ujar Muzani kepada media, Sabtu 19 April.
Ia menambahkan bahwa tradisi bersilaturahmi saat Lebaran merupakan bagian dari nilai-nilai luhur bangsa Indonesia. Dalam hal ini, para menteri yang hadir ke kediaman Jokowi dinilai telah menunjukkan sikap santun dan beretika terhadap pemimpin yang lebih dulu menjabat.
“Presiden Prabowo menghargai itu sebagai tata krama Lebaran dan tradisi bersilaturahmi kepada orang yang dituakan atau dihormati,” tambah Muzani.
Dukungan atas sikap terbuka Prabowo juga datang dari internal partai koalisi, termasuk Partai Golkar. Wakil Ketua Umum Partai Golkar, Idrus Marham, menilai wacana “matahari kembar” yang dilemparkan sejumlah pihak adalah tudingan yang tidak berdasar dan bisa merusak kebersamaan politik nasional.
“Enggak ada matahari kembar. Presiden yang otentik adalah Prabowo. Jokowi jelas memposisikan diri dalam etika bernegara,” ujar Idrus dalam sebuah pernyataan di kawasan Senayan pekan lalu.
Menurut Idrus, silaturahmi yang dilakukan para menteri seperti Bahlil Lahadalia—yang juga Ketua Umum Golkar sekaligus Menteri ESDM—merupakan bagian dari budaya bangsa yang tidak sepatutnya ditafsirkan sebagai langkah politik.
“Silaturahmi adalah perbuatan mulia yang diperintahkan agama. Jangan dicemari prasangka politik,” tegasnya.
Lebih jauh, Idrus menggambarkan sosok Prabowo sebagai pemimpin yang terbuka terhadap masukan dari siapa pun, termasuk para tokoh nasional dan mantan presiden. Baginya, sikap inklusif ini menjadi modal kuat dalam menghadapi tantangan bangsa di masa depan.
“Pak Prabowo gentle dan patriotik. Beliau mengajak semua pihak yang punya pengalaman memimpin bangsa untuk memberi sumbangsih pemikiran,” kata Idrus menambahkan.
Tokoh-tokoh seperti Jokowi, Megawati Soekarnoputri, hingga Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dinilai tetap memiliki kontribusi penting dalam pembangunan Indonesia, dan Prabowo disebut tak menutup pintu atas kolaborasi ide.
BACA JUGA:
Silaturahmi para menteri ke Jokowi dinilai tidak mencederai legitimasi Prabowo sebagai pemimpin terpilih. Sebaliknya, interaksi tersebut menjadi simbol bahwa demokrasi Indonesia mampu menghasilkan proses transisi kekuasaan yang elegan dan damai.
Dengan kehadiran para tokoh nasional dalam satu panggung yang saling menghargai, publik pun diyakinkan bahwa tak ada gesekan politik di antara pemimpin, melainkan sinergi untuk masa depan bangsa.