JAKARTA - Kementerian Kesehatan di Gaza pada Hari Minggu mengonfirmasi jumlah korban tewas Palestina di wilayah kantong itu tembus 50.000 jiwa, saat serangan Israel menewaskan pejabat kelompok militan Hamas.
Kementerian melaporkan 41 kematian lagi dalam 24 jam terakhir, sehingga jumlah korban tewas menjadi 50.021 jiwa, sementara korban luka-luka mencapai 113.274 orang, dikutip dari WAFA 23 Maret.
Serangan udara Israel di Khan Younis, Gaza selatan menewaskan seorang pemimpin politik Hamas, Salah al-Bardaweel beserta istrinya, pada Hari Minggu, kata kelompok militan itu, seperti dikutip dari Reuters.
Bardaweel adalah anggota badan pembuat keputusan Hamas, kantor politik, dan pernah memegang jabatan seperti memimpin delegasi Hamas untuk perundingan gencatan senjata tidak langsung dengan Israel pada tahun 2009 dan memimpin kantor media kelompok tersebut pada tahun 2005.
"Darahnya, darah istrinya dan para martirnya, akan tetap mengobarkan pertempuran pembebasan dan kemerdekaan," kata Hamas.
Pihak berwenang di Gaza tidak membedakan antara warga sipil dan pejuang Hamas saat melaporkan angka korban, tetapi kementerian kesehatan dan Perserikatan Bangsa-Bangsa mengatakan mayoritas kematian adalah wanita dan anak-anak seperti dikutip dari CNN, dengan jumlah korban sebenarnya bisa jauh lebih tinggi, saat ribuan orang diyakini masih berada di bawah reruntuhan.
Jumlah korban tewas melonjak saat Israel melanjutkan serangan ke wilayah Jalur Gaza pada Hari Selasa pekan lalu usai gencatan senjata hampir dua bulan berakhir, menjadikan salah satu hari paling mematikan saat lebih dari 400 orang tewas, menjadikan salah satu hari paling mematikan sejak perang pecah tahun 2023.
Pada Hari Rabu, Israel mengumumkan dilanjutkannya kembali operasi darat Israel Defense Forces (IDF) di daerah kantong itu.
Hamas menyebut serangan terbaru itu sebagai "pelanggaran baru dan berbahaya" terhadap perjanjian gencatan senjata.
Kelompok militan itu mengatakan, pihaknya berkomitmen pada perjanjian gencatan senjata yang ditandatanganinya dengan Israel pada Bulan Januari, tetapi pada Hari Kamis menembakkan roket pertamanya ke Israel sejak gencatan senjata runtuh.
Israel diketahui memblokade, melancarkan serangan udara hingga operasi darat di Jalur Gaza pada 7 Oktober 2023, menyusul serangan kelompok militan Palestina pimpinan Hamas pada 7 Oktober 2023 yang menewaskan 1.200 orang dan 251 lainnya disandera, menurut perhitungan Israel.
Menteri Pertahanan Israel Katz pekan lalu memperingatkan Hamas, Israel akan mempertahankan kehadiran permanen di beberapa bagian Gaza kecuali para sandera di Gaza dibebaskan.
Menhan Katz mengatakan pada Hari Jumat, ia telah menginstruksikan militer Israel "untuk merebut wilayah tambahan di Gaza, sembari mengevakuasi penduduk, memperluas zona keamanan di sekitar Gaza untuk melindungi masyarakat Israel dan tentara IDF melalui pemeliharaan permanen wilayah tersebut oleh Israel."
Diketahui, hampir seluruh penduduk Gaza yang berjumlah lebih dari 2 juta orang telah mengungsi dari rumah mereka.
Negosiasi untuk memperpanjang gencatan senjata telah menemui jalan buntu hampir sejak hari gencatan senjata mulai berlaku pada tanggal 19 Januari.
Hamas bersikeras untuk tetap berpegang pada kerangka a
BACA JUGA:
wal yang ditandatangani dengan Israel pada Bulan Januari, yang akan membuat para pihak beralih ke tahap kedua pada tanggal 1 Maret.
Berdasarkan ketentuan tahap kedua, Israel harus menarik diri sepenuhnya dari Gaza dan berkomitmen untuk mengakhiri perang secara permanen. Sebagai gantinya, Hamas akan membebaskan semua sandera yang masih hidup.
Tapi, tahap kedua tidak pernah terjadi, dan Israel melanjutkan perang, dengan mengutip dugaan penolakan Hamas terhadap "dua proposal mediasi konkret yang diajukan oleh AS" dan "ancamannya untuk melukai tentara IDF dan masyarakat Israel" sebagai pembenaran atas serangannya terhadap Gaza.