Bagikan:

JAKARTA - Proses pencarian Kapal selam KRI Nanggala-402 yang dinyatakan hilang kotak di perairan Bali bagian utara masih berjalan. Berbagai cara sudah dilakukan, meski, balum mendapat hasil.

Di awal pencarian, penggunaan sonar aktif langsung dilakukan. Titik terakhir KRI Naggala-402 sebelum hilang kontak ditelusuri.

Kadispen TNI AL Laksmana Pertama Julius Widjojono mengatakan belum ada hasil dari metode pencarian itu. Sehingga, pola pencarian melalui udara dilakukan. Terlihat tumpahan minyak di lokasi KRI Nanggala-402 menyelam.

“Terjadinya tumpahan minyak di sekitar area tenggelam, kemungkinan terjadi kerusakan tangki BBM (retak) karena tekanan air laut atau pemberian sinyal posisi dari KRI NGL-402,” ucap Laksmana Pertama Julius Widjojono. 

Bahkan, dalam upaya menemukan keberadaan KRI Nanggala-402 berbagai cara lainnya terus dilakukan. Tujuannya, untuk mempercepat dan memperbesar kemungkinan kapal selam itu ditemukan.

Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto mengatakan seluruh prajurit TNI Angkatan Laut dikerahkan untuk melakukan misi ini termasuk dibantu tim gabungan.

"Sampai hari ini upaya pencarian masih dilakukan. TNI AL, seluruh prajurit melakukan pencarian dan pertolongan KRI Nanggala," kata Hadi

Dalam misi pencarian dan penyelamatan ini, TNI juga mendapat bantuan dari negara lain seperti Singapura, Malaysia, dan Australia.

"Kita semua berharap upaya pencarian akan membuahkan hasil dan menumbuhkan harapan untuk menyelamatkan seluruh personel KRI Nanggala," ungkap Hadi.

Sementara itu, Kepala Staf Angkatan Laut (KSAL) Laksamana Yudo Margono mengatakan saat ini proses latihan yang dilakukan di perairan Bali ditunda setelah hilangnya kapal yang memuat 53 orang tersebut. 

"Kita fokus pada pencarian," tegasnya.

Dirinya juga menyatakan, negara yang tergabung dalam konferensi kapal selam juga akan memberikan bantuan. 

"Yang sudah berangkat dari Singapura dan Malaysia, beberapa negara lainnya siap juga untuk membantu," katanya.

"Jadi ini sudah kesepakatan di dalam konferensi. Jadi siapa pun yang mengalami kedaruratan wajib memberikan bantuan keselamatan. Semuanya untuk membantu kemanusiaan, tidak ada politik," imbuh Yudo.

Di sisi lain, Yudo menyebut sempat ada kabar gembira dari proses pencarian. Pihaknya sempat mendeteksi pergerakan dengan kecepatan 2,5 knot di bawah air.

Ternyata menurut Yudo, pergerakan ini bukan berasal dari kapal buatan Jerman yang membawa 53 awak kapal melainkan dari rumpon. Rumpon merupakan alat bantu penangkapan ikan yang dipasang di laut baik di perairan dangkal atau dalam.

"Jadi yang kemarin ditemukan adalah rumpon bawah laut. Jadi rekaman datanya sangat lemah," kata Yudo

Kata Yudo, saat itu memang terdeteksi gerakan bawah air lewat magnet meter dari KRI Rimau dengan tingkat kemagnetan yang cukup tinggi.

"Ditemukan kemagnetan yang tinggi di dalam suatu titik yang kedalamannya kurang lebih 50-100 meter melayang," katanya.

Untuk itu, dalam proses pencarian pihaknya bakal menggunakan multiband echosounder dari KRI Rimau. Selain itu, untuk membantu pencarian, KRI Rigel juga akan tiba di perairan Bali.

"Nanti ini bisa dikaji lebih rinci lagi sehingga kelihatan di situ yang tadi ditemukan kemagnetannya tinggi. Harapannya adalah KRI Nanggala," ungkapnya.

Terlepas dari proses pencarian, Yudo Margono menyebut kapal selam KRI Nanggala-402 yang hilang di perairan utara Bali memiliki cadangan oksigen hingga 72 jam ke depan.

Dengan cadangan udara itu diharapkan para awak kapal masih bertahan dan selamat. Sehingga, bermacam upaya terus dilakukan agar Kapal Selam KRI Nanggala-402 segera ditemukan.

"Soal kemampuan oksigen KRI apabila kondisi blackout seperti sekarang ini, itu mampu 72 jam. Jadi kurang lebih tiga hari," kata Yudo.

"Jadi kalau kemarin saat hilang kontak jam 03.00, sehingga nanti bisa sampai hari Sabtu jam 03.00 sudah 72 jam," imbuhnya.